Senpai..
Hanya denganmu aku menyentuh kesetiaan yang benar-benar. Hanya denganmu aku mencoba berkenalan dengan kepasrahan dan rasa menerima yang tanpa amarah. Meredam semua egoku, menekan harga diri dan egoismeku. Hanya kau, senpai. Hanya denganmu.
Satu.
Apapun yang kau dengar, yang kau baca, yang mungkin kau rasakan. Tidak ada laki-laki lain selama aku bersamamu. Selalu dan satu-satunya. Hanya ada kau senpai.
Jika tentang garra, dan lainnya. Bacalah ini, agar kau tahu. Tahu segala yang tidak pernah kau coba untuk mengerti dariku. Tahu segala yang tidak pernah kau coba baca dariku.
Garra adalah mantan pacarku. Dia laki-laki paling baik dan paling bisa mengerti apa yang orang lain tidak bisa lihat dariku. Dia yang terbaik. Aku selalu berterima kasih padanya untuk semua kebaikan dan rasa mengalahnya yang tinggi kepadaku. Aku menyayanginya sebagai abangku. Aku menghormati dan menghargainya sebagai abangku. Aku melihatnya sebagai seorang abang. Dia seperti kakak laki-lakiku. Aku akan, tetap dan selalu menganggapnya seperti itu. Tidak akan berubah meski dia belum pernah bisa merelakanku. Apa pun yang terjadi, tak lebih dan tak akan pernah ada hubungan selain hubungan seperti abang dan adik diantara kami. Aku menerima dan menghargai semua perhatian dan pedulinya untukku. Sebab dia satu-satunya orang di samping keluargaku sendiri yang benar-benar perhatian dan peduli kepadaku. Dia seperti abang yang menjaga adiknya. Peduli saat aku sakit, saat aku patah hati, saat aku muak dengan kemunafikan makna "teman".
Dia yang peduli padaku dan dia abangku. Dan tentang laki-laki lain. Yang mungkin dekat denganku, yang sering keluar denganku, yang sering mengajakku nonton acara musik di cafe, yang mengajakku ngobrol berjam-jam. Mereka adalah teman-temanku. Mereka teman-teman yang baik. Pendengar yang baik. Dan jujur saja, lebih menyenangkan berteman dengan laki-laki daripada dengan perempuan. Sebab mereka tidak rumit dan sangat mengerti tempatnya sebagai teman. Kadang kami juga berbagi cerita tentang pasangan kami, tentangmu atau tentang pacar mereka. Dan sepertinya ini bukan sesuatu yang harus dipermasalahkan bukan? Sama sepertimu yang juga punya banyak teman perempuan. Aku juga begitu. Bercanda, tertawa, ngobrol dan secangkir kopi (teh untukku).
Lalu jika tentang mas, dia adalah kakak sepupu garra yang sudah lama tinggal di Jawa Timur sehingga bahasa Jawanya fasih sekali. Aku memanggilnya mas. Cuma mas tanpa embel-embel namanya. Mas orang paling bijaksana yang pernah kukenal. Umurnya hampir 27. Tahun depan mas menikah. Mas sudah seperti bapak yang mengayomi anak-anaknya bagi kami. Kami disini adalah aku, garra dan yayak. Mas juga sangat memahamiku. Mas sangat bijak. Petuahnya, omelannya. Kadang pedas tapi benar. Masnya baik. Aku suka bersama mas kalau mas sedang mood bercerita. Karena kisah hidupnya menakjubkan bagiku. Mas itu programer yang hobi keliling Indonesia. Banyak cerita masnya yang membuatku terinspirasi. Jadi ingin pergi kemana-mana. Jadi belajar menjadi orang yang lebih "legowo".
Senpai.. mereka adalah lelaki yang dekat denganku. Special bagiku dalam kehidupanku. Tapi tidak pernah sedikit pun berada dalam lingkup sepertimu bagiku. Perasaan cinta ini hanya pernah kurasakan denganmu. Sebab hanya denganmu aku pertama kali mengalah. Hanya kau, laki-laki yang pernah membuatku berulang kali menangis. Hanya denganmu aku merasa betapa buruknya cemburu itu. Sakit hati dan rasa tidak rela. Hanya kau. Dan banyak sekali temanku yang bilang kalau inilah cinta. Aku jatuh cinta. Pertama kali seperti ini. Dan itu denganmu. Sementara dengan garra atau mereka yang pernah denganku dulu sama sekali tidak seperti ini. Mereka yang mengalah, bukan aku. Mereka yang berkorban dan memperjuangkanku. Mereka yang selalu sms dan telvon duluan. Mereka yang selalu protes dan cemburu. Sementara aku. Jarang begitu. Tapi bersamamu berbeda. Sangat. Aku yang selalu berusaha tahu tentangmu. Aku yang merecoki harimu. Aku yang cemburu. Aku yang cinta. Dan kau? Entah.
Dalam kisah ini aku yang jatuh cinta. Oleh karena itu, aku yang merasa aneh. Merasakan semua yang tidak pernah mau kau rasakan. Yah, mungkin begini rasanya bertepuk sebelah tangan. Tidak dianggap, tidak dipedulikan, tidak dibaca. Dan jahatnya, senpai, kau cuma menghargaiku sebagai pacarmu ketika aku nyata di dekatmu. Tapi ketika kita jauh.. Ah sudahlah. Aku lelah mengingat-ingat tentang semua itu. Karena nantinya akan membawaku kembali pada pagi di bulan April itu. Hari uts bahasa inggrisku. Dan hari paling menyakitkan. Aku berharap aku tidak tahu saja. Sebab tahu tentang isi dan makna pesan dindingmu di fb dia adalah rasa sakit yang berbeda dari rasa sakit karena tidak pernah dipedulikan. Itu sangat berbeda. Dan efeknya. Hancur. Sudah, sudah. Maaf jika aku selalu mengoceh tentang ini. Aku cuma masih.. Ah tak tahu. Maaf saja.
Tapi, kenapa hanya aku yang selalu minta maaf?
Apa cuma aku yang selalu bersalah. Apa semua kesalahan itu diletakkan padaku karena kau melihatku sebagai pribadi yang egois, kekanak-kanakan, norak. Dan tak tahu apa lagi.
Senpai.. Kenapa tidak pernah tegas denganku? Seperti ketika kita putus. Jika aku tidak bertanya seperti ini, "senpai sebenarnya kita masih atau sudah putus?". Jika aku tidak pernah dengan jelas bertanya seperti itu. Apa kau tidak akan berusaha tegas denganku? Akan terus mengantungkanku dan menyiksa batinku dalam ketidakpedulianmu. Atau mungkin cukup bagimu menyelesaikan kata "kita" hanya dengan memasang dp foto-foto perempuan lain dan tulisan "maaf sedang tak ingin berpacaran, biarkan saya sendiri". Ataukah kalimat ini, "de.. Aq ga mau nyakitin de" lg. Udah dlu y de. Sorry i'm not okay." , bermakna ajakan putus darimu? Keterlaluan kalau memang benar seperti itu. Berarti memang benar senpai. Memang benar adanya jika aku berpikir aku tak bermakna bagimu.
Aku sampah. Dipakai, selesai, dibuang. Secara tidak baik-baik. Entahlah, entah. Aku sangat lelah diperlakukan seperti ini. Aku juga lelah pada perasaanku ini. Perasaan yang selalu saja berat padamu. Perasaan yang rela dan mau-maunya diperlakukan begini. Jika cinta pertama yang diajarkan padaku saja sudah begini menyakitkannya. Apa aku berhak berpikir aku mungkin perempuan yang patut dihargai lebih baik dari caramu menghargaiku. Detik ketika aku selesai berkata, "senpai jangan tinggalin aku ya", namun hanya diammu dan jawaban tak jelas yang kuterima. Aku tahu pada akhirnya kau akan meninggalkanku. Tapi tidak pernah kukira akan seperti ini caranya. Akan seperti ini bedanya kau memperlakukanku dan dia. Sudah. Sudahlah.
Sekarang aku hanya ingin tahu kalau itu semua karena aku mencintaimu. Itu saja. Cukup begitu saja.
Cukup bagiku untuk mencintaimu saja tanpa berharap besar bisa kau hargai lebih baik. Bisa kau mengerti lebih baik. Aku mencintaimu. Dan semoga tanpa harap apa-apa. Semoga. Cinta. Mencintaimu saja. Hanya mencintaimu saja. Begini saja.
07.53 PM
16 Juli 2012