Ini sih bukan semacam dicuekkin. Ini lebih dari sekedar dicuekkin. Yah, mau gimana lagi. Terima nasib aja deh, belajar aja jadi hantu. Belajar jadi hantu. Bukan karena memang ingin tapi karena memang situasi dan kondisinya yang memaksa. Siapa sih yang mau belajar jadi hantu. Aku sih sebenarnya juga ngga, tapi sesuai dengan apa yang tadi ku katakan. Ini sebenernya bisa disebut pemaksaan karakter. Jujur aja nih, aku ngga mau belajar jadi hantu. Ngga mau dan ngga terima. ADA TAPI DIANGGAP TIDAK ADA. Nyesek banget gak tuh, berasa jadi hantukan. Wajar kalau kadang ada video penampakan. Hantu mah juga kaga seneng dianggep kaya gitu, jadi pengen nonggol dan ngeksis. Nah ini yang beda, berhubung aku jadi hantu karena kepentok keadaan, aku gak mau sok eksis dan nampil lalu ngelepas jubah Hantu ASPAL ini. Lebih ke "trimo ing pandum" kali kata orang Jawa. Karena yah emang gitu. Emang kaya gitu yang aku rasain. Uda cukup ngerasa sakit dipaksa belajar jadi hantu kaya gini. Jadi gak mau nambah-nambah pikiran lagi. Terserah dia dah mau apa. Aku mah uda bodo amat. Cuma bisa nyabar-nyabarin diri aja. Siapa tau berkah, dia jadi lebih baik atau yah sudahlah. Kagag mau berharap macem-macem, gak mau ngarepin dia berubah. Ketimbang ntar sakit ati kalau gak kejadian. Ngomong-ngomong lama bener yah hari ini aku berasa jadi hantunya. Dia nya gak nyadar. Uda sibuk noh. Sibuk? Iya sibuk. Uda jangan banyak nanya sibuk apa. Males nyeritaiinnya. Lagian buat apa? Nyakitin diri aja. Yah udalah, terima nasib. Hantu Baru
Pada awalnya kupikir hanya sementara. Kupikir mungkin memang kamu yang sedang ingin mengabaikanku. Oleh karena itu aku sedih. Aku kira, mungkin memang aku tidak pernah berarti untukmu. Aku kira, mungkin aku sekedar pelepasmu dari keriuhan hidupmu. Tapi semua pemikiran itu, semua perkiraan itu.. Salah. Ya, salah. Kamu tidak begitu, tidak sejahat di anganku. Rupanya aku yang terburu. Rupanya aku yang tak pandai membacamu. Rupanya aku yang kelewat egois. Rupanya aku yang tak bisa dengan benar mengenalimu. Sayang, maafkan semua salah itu. Tak seharusnya seburuk itu ku nilai kamu di awal. Seharusnya aku bisa dengan baik mengerti kamu. Aku, egoku.. Aku yang salah. Harusnya bisa aku sadari bahwa memang seperti itulah kamu. Memang seperti itulah sifatmu. Memang itu kamu. Ketidakpedulian itu.. Ya, tidak apa-apa. Setelah ku pahami pelan-pelan akhirnya aku mengerti. Setelah ku maknai dalam-dalam akhirnya aku paham. Sayang, aku bukan kekasih yang baik. Maaf maaf dan maaf. Buruk kata-kata ini ketika marah. Tak baik sikap ini ketika ku buta tanpa perhatianmu. Maka dari sekarang aku akan berbenah. Segala buruk itu akan kuhapus, segala salah itu akan kuredam. Sebab tak ingin sayang, tak pernah ingin aku kehilanganmu. Mulai dari kini sayang, aku akan belajar. Belajar membacamu dengan benar. Belajar mengenalimu dengan baik. Dan belajar tetap mencintaimu dengan begini besar.21011203.12 PMLa Amour Xexa
Kekasih..
Kau adalah luka yang tak sembuh
Kau adalah tawa yang berkelanjutan
Kau adalah senyum yang paling jujur
Kau adalah airmata yang kutepiskan
Kekasih..
Tapi kenapa kau begitu sukar
Begitu sukar kuterjemahkan
Kadang begitu tak mampu
Tak mampu pahami apa maumu
Kekasih..
Tapi aku akan tetap pada rasa ini
Aku akan tetap menyukaimu
Tetap akan kuhirup udara di sampingmu
Nafas ini nafas untukmu
Detak ini detak untukmu
Berlebihankah kekasih?
Berlebihankah ketika begini besar ku menyukaimu
Tapi bisa apa aku?
Sudah terlanjur kekasih
Sudah terlanjur kau ambil semua hatiku
Tanpa sisa
Kau biarkan aku kosong tanpa hati
Tak apa kekasih
Tak apa-apa
Sebab aku mau
Aku mau memberi semua hati ini
Aku mau kamu,kekasih
Aku mau kamu
Hanya kamu
Dan akan tetap selalu kamu
Satu-satunya
Sebab cinta, kekasih
Sebab aku mencintaimu
Tulus dan tanpa syarat
Kalimat itu mengurai makna
Makna yang dalam dan samar-samar
Tapi kamu tak peduli
Tersiakan makna terabaikan
Ya sudah
Tidak apa-apa
Mungkin..
Bagimu tak pernah memang berarti
Bagimu semua ini sekedar pengisi detikmu
Bagimu sikap seperti itu pun biasa saja
Dan aku meradang
Sulit
Sulit lidahku mencerca huruf
Sulit tanganku membangun tingkah
Karena yang seperti itu
Segala yang memuakkan tentangmu itu
Memang kamu yang inginkan
Sudahlah..
Tepis galau dan raba hati
Tuntaskan disini
Usah sesali
Perih tak dapat jadi sekedar khayal
Nyata ini
Kalimat ini
Suara ini
Asli tak noda memang maumu
Ya sudahlah
Tidak apa-apa
Ku putuskan berbalik
Pergi,
Melepas angin asa tentang kamu
Tentang aku
Tentang kita
Kuhaturkan mantra baru
Mantra baru teruntukmu kekasih
Mantra baru yang akan meluluhkan kita
Tapi tak apa
Kamu pun juga tetap dingin
Tak peduli
Aku mencium aroma baru
Rasanya sangat berbeda
Aromanya aneh
Aromanya,
Lain dan lain
Tidak sama
Ini lebih menyengat
Aromanya,
Aroma yang sanggup meluluhkan
Aroma yang mampu memabukkan
Aroma yang dapat memusingkan
Aroma ini..
Aroma kerinduan
Aroma kerinduanku akanmu
Aroma kerinduanku akanmu yang dulu
Aroma ini..
Aku tidak suka
Aroma kerinduan ini membuatku pening
Aroma ini membuatku tidak seimbang
Astaga!
Memuakkan!
Hapuskan aroma ini
Aroma ini membuatku sulit bernafas
Aroma kerinduan ini membuatku mual
Aroma ini jelas tak boleh terus kuhirup
Aroma berbeda yang membuatku nyaris mati
Aku benci merasa dingin
Aku benci mencium bau basah
Aku benci mendengar guruh petir
Aku benci
Benci
Tapi lebih dari itu semua
Aku paling benci ketika merasakan semua ini
Menyesakkan
Aku merasa sakit
Sakit ketika membenci apa yang aku suka
Aku benci dan marah
Perasaan ini menyebalkan
Aku mengurai semua
Rasa ini
Perasaan benci ini
Terurai
Kudapati nyata yang ada
Semua karena kamu
Ketika aku marah padamu
Ketika aku benci padamu
Mendadak aku berhenti menyukai apa yang aku suka
Ketika membencimu
Aku membaca cerita lain
Membencimu itu tidak menyenangkan
Ada cerita tentang perasaan yang diceritakan oleh seorang perempuan. Cerita tentang apa yang dirasakannya kepada seorang laki-laki yang menurutnya sangat dicintainya. Dia menyimpan perasaannya dengan baik dan tanpa cela. Meski seringkali laki-laki yang dicintainya itu cenderung menyakitinya dan membuatnya berulang kali menangis dan merasakan rasa sakit yang katanya tidak pernah dirasakan olehnya sebelumnya.
Tapi dia tetap menjaga perasaannya tersebut dan berjanji akan mempertahankan rasa yang menurutnya dimiliki mereka sampai batas akhir dimana dia sanggup bertahan. Ada kisah lain yang terjadi dan banyak hal membuatnya sedikit terisak. Tapi dia tetap bertahan di tempatnya semula, tegar. Sejujurnya dia tidak sekuat itu, dia sebenarnya lemah tapi hanya bersembunyi di balik topeng yang digunakannya agar orang lain tidak tahu bahwa dia demikian terluka.
Tidak banyak bicara dengan benar, dia hanya mampu bersuara lewat rangkaian huruf-huruf kecil yang diciptakannya dari tarian mungil penanya yang setia. Suatu ketika dia merasa sudah sangat lelah untuk bertahan ketika laki-laki itu tak juga memahami apa yang dia mau dengan benar.
Ketika laki-laki itu meninggalkannya membisu di sudut dan pergi dengan semua kesibukkan yang memenuhi hidup laki-laki itu. Perempuan itu merasa bosan dan marah, dia meracau memaki kisah cintanya yang tak seindah khayalannya. Tapi yang dia dapat selanjutnya justru membuat jantungnya serasa berhenti berdetak. Laki-laki yang dicintainya itu merasa tersinggung, dan perempuan itu tak tahu kalau ungkapan hatinya tadi akan berakibat separah ini.
Laki-laki yang dicintainya itu bahkan akan setega itu mengucapkan kalimat-kalimat yang intinya menginginkan perpisahan mereka. Perempuan itu terdiam. Dia belum ingin semuanya selesai secepat ini. Dia terpaku mendapati kenyataan tersebut. Tapi perasaannya menolak, dia ingin berbalik dan pergi.
Melupakan kisah yang diharapkannya dapat berjalan dengan baik dan indah. Tapi tak bisa, dia menggeleng cepat dan menangis keras. Jangan, tolong jangan pergi sekarang, ujar hatinya yang sudah cacat oleh lara. Hatinya memaksanya jangan menyerah, tapi dia lelah. Jujur saja sikap laki-laki itu tak membuatnya semakin merasa baik.
Semua yang terjadi seakan sia-sia dan laki-laki itu menolak paham dan malah keras kepala. Tak sadarkah laki-laki itu apa yang telah dilakukan dan dikatakannya telah menyakiti perempuan itu demikian parahnya. Tapi bukankah memang luka hati itu adalah sesuatu yang abstrak dan perempuan itu demikian pandainya menutupi semuanya.
Tapi dia tak sepenuhnya menutupi semuanya, dia membuka beberapa perasaannya yang nanar namun yang orang lain mungkin hanya sekedar terluka. Sekedar terluka. Kembali lagi ke keputusannya tentang hubungan keduanya, dia masih tak tahu harus bagaimana. Di sisi lain dia sudah lelah melanjutkan semua yang rasanya cuma menyakitinya saja.
Dan di sisi lainnya hatinya menolak pergi, hatinya berkeras dia harus bertahan. Sesakit apa pun, sejahat apa pun laki-laki itu dia harus bertahan dan berakhir dengan laki-laki itu. Perempuan itu diam. Lalu tak perlu waktu lama lagi dia memutuskan. Dia memilih hatinya daripada logikanya yang telah kelelahan.
Setengah menangis dan tak tahu harus bicara apa, dia menurunkan egonya. Bicara. Meminta agar semua tetap sama. Meminta agar kisah ini tetap berlanjut. Laki-laki itu sombong. Seharusnya dia tahu bagaimana perempuan itu berusaha bersabar menghadapinya. Semuanya memang tetap berjalan baik akhirnya.
Keduanya akhirnya memutuskan tetap bersama tapi kata-kata terakhir laki-laki itu justru membuat perempuan itu merasa sungguh seperti pengemis yang memohon cinta. “sudah ya, aku mau tidur”. Kalimat itu ringan, tapi coba bayangkan, ketika kau mencoba menyelesaikan masalah yang menurutmu sangat penting dan salah satu pihak justru mengakhirinya dengan kalimat itu dan membuatmu seakan-akan menjadi sesuatu yang sangat-sangat tidak penting.
Semalam penuh perempuan itu diam, dia bisu dalam keramaian di sekitarnya. Dia ingin menangis agar semuanya terasa lebih melegakannya, namun air mata nya tak mau jatuh. Hatinya terlalu sakit. Akhirnya dia pun hanya diam. Lagi-lagi diam. Diam dan makin diam.
Dia benci laki-laki itu. Malam itu, untuk pertama kalinya dalam hidupnya dia benar-benar membenci laki-laki itu. Harga dirinya tersakiti, bagian paling dalam darinya sebagai ego seorang perempuan tersakiti. Dia membenci laki-laki yang dicintainya itu. Dia membencinya.
Tapi bodoh, perempuan itu memang bodoh karena nyatanya dia sangat lemah. Asal kau tahu, hanya semalam, hanya semalam saja dia mampu membenci laki-laki itu. Hari selanjutnya, ketika dia merasakan kehangatan sinar matahari, dia merindukan laki-laki itu. Dia masih mencintai laki-laki itu dengan demikian besarnya. Dia membutakan matanya sendiri dari kenyataan bahwa laki-laki itu telah dan terus menyakiti dan mengabaikannya.
Dia menulikan telinganya sendiri dari kenyataan bahwa tak ada yang mendukungnya, tak ada yang mendukung pilihannya untuk bertahan. Dia mematikan perasaannya sendiri dari kenyataan bahwa mungkin benar laki-laki itu tidak mencintainya.
Tapi perempuan itu tampil dengan senyumnya, dia bersikap seolah semua baik-baik saja. Dia tertawa dan bertindak seperti biasanya. Semua selancar biasanya dan seakan semua benar-benar baik. Padahal dia meradang, kadang ketika dia sendiri. Dia menangis,dia menangis keras. Dan dia menghapusnya ketika orang lain datang. Dia demikian sakit. Tapi bukankah sudah kukatakan perempuan itu pandai memakai topengnya.
Dia tersenyum sementara dia menahan sakit di dalam. Dia tidak benar-benar baik sekarang. Waktu berjalan dengan pelan dan tak ada yang berubah. Yang dikecapnya masih pahit, kisah yang dijalaninya sekelam dunia tanpa kaca. Dia diam dalam rasa sakit yang kini dipilihnya untuk dinikmati sendiri.
Namun perempuan itu sudah teracuni oleh rasa sakit. Dia tidak tahu apa sekarang dia benar masih demikian besar mencintai laki-laki itu. Dia menangis lagi sampai rasanya air matanya kering. Dia hanya bisa menangis karena kau tau. Laki-laki itu tak peduli. Laki-laki itu jahat. Dia tak tahu bagaimana harap perempuan itu padanya.
Dan dia tak tahu bagaimana sebenarnya dia telah menghancurkan perasaan perempuan itu dengan telak. Tak ada yang tersisa. Sekarang, saat ini. Mungkin perempuan itu mati rasa. Mungkin benar dikatakannya kalimat “aku mencintaimu” pada laki-laki itu. Dia tak benar tahu apa maknanya sekarang. Seakan semua hilang, dan perempuan itu tersenyum. Namun dia tak tahu apa yang membuatnya tersenyum dan dia tiba-tiba menangis. Dia menggeleng cepat, rasa sakit itu membuatnya seperti seperti gila.
Tapi perempuan itu berucap pelan, “aku akan tetap disini meski sejujurnya aku tidak tahu kali ini untuk apa”. Laki-laki itu memang tidak tahu, atau memang laki-laki itu tidak pernah ingin tahu apa yang terjadi padanya. Dan dia sudah benar-benar lelah. Lebih dari sekedar rasa lelah yang sebelumnya dia rasakan.
Kelelahan itu membuatnya sekarang bersikap masa bodoh. Tak sepenuhnya masa bodoh memang, tapi dia mengurangi kadar kepeduliannya pada laki-laki itu. Dia berharap sekarang ketika dia sedikit mengurangi semuanya, laki-laki itu mau sedikit saja belajar memahami apa yang dia mau.
Dan jangan sampai, ketika perempuan itu memilih menyerah lalu berbalik pergi. Laki-laki itu baru menyadari bahwa perempuan itu berharga. Karena memang mungkin benar adanya, sesuatu itu baru terasa berharga ketika kau telah kehilangannya.
THE LADY OF MIRKWOOD
The dream catcher who belong to The Lord of Mirkwood. Don't hesitate to come for say a small "hello!"
Formulir Kontak
POPULAR POSTS
Categories
- 30-Day Writing Challenge 4
- AUPAIR 2
- Cerpen 25
- Impian 6
- Ini Curhat 11
- Jejak R & D 2
- Kisah di Austria 7
- Kisah di Jerman 7
- Kisah Tak Sempurna 8
- Kumpulan Twitt 19
- Malaikat Hujan 7
- Puisi 18
- Random Thoughts 23
- Reading Link 2
- Untaian Kata 32
- Untuk Senpai 52
- Untuk SID 7
- Visa Jerman 3
- WritingChallenge 4
Blog Archive
-
2023
(17)
-
Mei
(17)
- Prioritasmu
- Untukmu
- Salju di Bulan April
- Nadamu
- Ketika
- Jangan Jatuh Cinta Lagi
- Movin' On
- Aku
- Pembencimu
- Yang Diingatkan Oleh Rindu
- How to Have a Long and Happy Relationship?
- Cerita Tentang Anggarra
- I Ever Met A Man
- Dia Suka Perempuan Berambut Panjang
- Berdamai Dengan Masa Lalu
- Sleep Paralysis
- Sang Pemimpi
-
Mei
(17)
-
2013
(25)
- Desember (3)
- November (3)
- Oktober (2)
- September (1)
- Juli (1)
- Juni (2)
- Mei (1)
- April (7)
- Maret (5)