Hari ini, akhirnya untuk pertama kalinya aku membiarkan seseorang memotong rambutku sampai pendek. Ketika melihat helai demi helai rambutku berjatuhan di lantai, rasanya tidak tega dan serasa mau kabur saja dari tempat ini.
Tapi, apa mau dikata, udah terlanjut. Bisa apa lagi?
Dan ketika mereka terus memotong rambutku, aku memejamkan mata dan berusaha memikirkan hal lain saja. Mengalihkan perhatianku dari ceceran potongan rambut yang memenuhi lantai di sekitarku.
Lalu, mendadak saja, pertanyaan itu muncul di kepalaku.
Kenapa rasanya begitu berat dan ngga iklas buat potong rambut ya?
Dan percakapan lain pun mendadak juga menerobos masuk ke dalam kepalaku.
"Senpai, aku mau potong rambut pendek, ya?"
"Jangan!"
"Kenapa? Tapi aku mau potong rambut pendek. Ini kepanjangan."
"Jangan, de. Gitu aja bagus. Rambut panjang bagus. Aku suka cewek rambut panjang."
Dan begitulah, sejak saat itu aku ngga pernah potong rambut lagi. Mungkin hanya merapikan poni atau memotong sesenti dua senti rambut yang bercabang, selebihnya ngga pernah.
Aku tersenyum miris. Jadi begitu, ya? Jadi itu alasannya, ya?
Bahkan tanpa aku pernah menyadarinya. Kata-kata darinya selalu menjadi sebab pasti dari banyak hal yang aku percayai. Ah, dia. Jadi dulu, aku memang begitu mencintainya, ya?
Dan tatapanku pun jatuh pada helai-helai rambut di sekitar kakiku. Lalu, sekarang bagaimana?
Sebuah helaian nafas dan tatapanku beralih pada sudut lain. Satu senyum lebar langsung menyambutku dengan diiringi satu jempol teracung.
"Ini ngga kependekan ya?" ucapku tak lama kemudian setelah mereka selesai merapikan rambutku.
Si pemilik senyum yang tadi menggeleng, "Enggak, bagus kok. Serius."
"Beneran?" aku masih ragu.
Tapi sekali lagi muncul senyum lebar yang tadi, "Iya. Ginikan bagus. Rambut baru untuk awal baru. Iya, kan?"
Aku diam. Apa iya?
"Ayo pulang. Mau mampir makan dulu ngga?"
Aku menggeleng, "Anterin ke kampus aja, ya?"
Dan sebuah jempol lain teracung lagi.
Apa tidak apa-apa sekarang? Dia bilang dia suka perempuan berambut panjang. Aku meraba rambutku. Berarti bukan aku.
Lalu aku berlari cepat menyusul di pemilik senyum yang sedang memanggilku dan melambaikan satu helm-nya padaku.
Dia suka perempuan berambut panjang.
Rambutku pendek.
April 18, 2016 3:04 pm
Menulis judul itu, saya mikir lama.. Sebab segala hal tentang berdamai dengan masa lalu itu terasa sulit dan gamang bagi saya. Yah, anggap saja kadang aslinya diri kita sendiri yang ngga mau melakukannya.
Sebelumnya, mari kita masuk ke dalam bahasan yang lebih sempit. Ketika seseorang berkata berdamailah dengan masa lalumu, kita pasti berpikir masa lalu yang mana? Yang seperti apa? Manusia mempunyai kecenderungan untuk berusaha keras mengubur dan melenyapkan luka di masa lalu mereka.
Jadi mari kita ambil saja saya sebagai contoh. Sejak 2011 sampai sekarang, saya ngga yakin kalau saya sudah berdamai dengan masa lalu saya--yang hubungannya sama cowok. Well, klise memang. Tapi hal ini besar maknanya buat saya. Ada banyak hal yang berpengaruh besar dalam kehidupan yang sekarang jika dikaitin sama si luka di masa lalu itu. Saya bukan tipe orang yang mudah jatuh cinta sama cowok. Dan sialnya, sekalinya jatuh cinta, endingnya ancur-ancuran. Tahukan rasanya gimana kalau pengalaman pertamamu pada sesuatu yang membuat kamu benar-benar excited, ternyata akhirnya malah ngecewain banget?
Sedih, iya. Marah, iya. Kecewa, banget.
Dan sejak saat itu, saya ngga pernah percaya lagi sama yah menye-menyeannya cinta. Cukup sekali dan saya jadi males main serius kalau lagi bahas cinta. Kalau bosan sendiri, ya keluar sama temen cowok. Diajak pacaran, kalau emang nyaman, ya dijalanin. Tapi semua perasaan itu ngga ngelibatin yang namanya cinta sama sekali. Saya masih sakit ati, jujur saja. Dan saya ngga punya keberanian buat memulai keseriusan lagi. Saya skeptis, pesimis dan mulai malas. Toh, saya uda nyoba, dulu, dan hasilnya kayak gitu. Itu yang ada di kepala saya.
Memory leaves scars that do not heal.
Ada kenangan-kenangan, momentum di masa lalu yang kemudian akan membentuk luka yang bekasnya ngga akan pernah bisa disembuhkan. Bahkan oleh waktu sekali pun
Pertanyaannya : Bagaimana seseorang bisa berdamai dengan masa lalunya kalau luka dari masa lalu itu ngga bisa disembuhin?
Saya nyari jawaban pertanyaan ini selama bertahun-tahun. Dan baru setelah tahun kelima saya menemukan jawabannya. Bebaskan. Ya, membebaskannya. Kalau uda luka ya biarin jadi luka. Mau diapain lagi kalau toh juga gak akan bisa disembuhin? Ya udah, bebaskan aja. Hiduplah dengan luka itu. Yang biasanya saling memunggungi, kita mencoba saling bertatapan.
Pertama kali jabatan tangan sama masa lalu saya, saya ngga ikhlas. Saya marah dan ngerasa kecewa sama diri saya sendiri. Tapi saya tahu saya ngga bisa ngelakuin apa-apa lagi. Kalau saya biarin diri saya tetap di pusaran ini, saya ngga akan pernah bahagia dan hanya sibuk berkutat dengan si luka di masa lalu.
Dengan pemikiran itu, akhirnya saya mencoba tersenyum meski kecut. Awalnya berat, banget. Tapi saya toh juga bisa ngelakuinnya sampai sekarang. Kadang masih suka ngelirik masa lalu dengan sebal, tapi ya udah. Gitu aja.
Saya sudah memilih berdamai dengan masa lalu saya dan memilih melanjutkan hidup saya. Saya ingin bahagia. Dan itulah sekarang yang saya kejar. Kebahagiaan sederhana yang dulu saya sia-siakan karena saya sibuk meributkan masa lalu saya.
Sekarang rasanya lebih lega. Meksipun tahu bahwa lukanya ngga akan sembuh, tapi seenggaknya saya sadar bahwa sekarang saya jauh lebih bahagia dari pada hari kemarin.
So, buat kalian yang masih ngga bisa berdamai dengan masa lalu kalian, ayo mulai lakukan. Jangan menyia-siakan hidup kalian dalam pusaran masa lalu. Percuma, kalau saya bilang mah. Jadi ayo jadi pemberani, biar awalnya susah setengah mati, tapi kalau kalian emang niat pasti bisa. Lukanya emang ngga akan hilang, tapi kelegaan, ketenangan dan perasaan bebas yang ada setelah kamu memilih berjabat tangan dengan masa lalumu, itu yang bener-bener ngga bisa terkatakan.
Berdamai dengan masa lalu juga ngga buruk-buruk amat kok. Malah bikin kamu awet muda, mungkin. :P
xoxo,
Ree
April 16, 2016 7:16 pm
Sering denger temen-temen bilang pernah tindihen pas tidur, tapi ngga pernah ngalamin dan cuma tahu aja kalau istiahnya kaya tubuh kita ditindihin setan pas kita tidur sehingga kita gak bisa gerak dan ngerasa sesak nafas.
Waktu dulu, sering ngira, wah setannya keren ya, bisa kontak fisik sama manusia. Tapi barusan aja ngalamin sendiri dan itu ndak keren banget. Tubuh ngga bisa digerakin dan saya ngga bisa nafas kayak ada yang nahan aliran udara di tenggorokan.
Awalnya, saya sih mimpi. Bla..bla..bla.. Lalu dalam mimpi, saya pergi ke sebuah ruangan luas yang dalam pikiran saya adalah kamar mandi. Seluruh ruangan itu dindingnya di keramik dengan warna merah muda lembut. Saya masuk--entah kenapa atau cari apa--jalan menuju sudut kanan ruangan dari arah pintu masuk, dan ketika saya menyentuh kran air yang ada di sana, mendadak saja saya merasa leher saya tercekik. Seluruh udara yang sebelumnya ada di sekitar saya lenyap dan digantikan oleh air. IYA. AIR! Saya juga ngga paham kenapa, mungkin ini ajaibnya mimpi ya. Tikus bisa jadi naga dan naga bisa jadi ulet bulu. Tapi ya sudahlah, balik lagi, saya yang kaget, kebingungan, panik karena gak bisa nafas, langsung gelagapan dengan tangan mengapai-gapai. Dan di sudut yang paling dekat dengan saya, saya ngelihat ada sesuatu seperti bulir-bulir buih atau entah sesuatu--sama sekali gak jelas dan gak tahu apaan itu--merayap turun dari sudut ruangan.
Dalam pikiran saya, benda-benda itulah yang memadatkan udara di sekitar saya menjadi sekental air. Saya langsung berbalik dengan tangan masih mengapai-gapai. Saya ngelihat pintu keluar di dekat saya dan di kepala saya hanya pintu itulah yang bisa menyelamatkan saya. Sumpah, saya ngga pernah ngerasa mimpi yang senyata ini.
Ketakutan akan mati tenggelam. Perasaan ngga berdaya karena saya tahu saya ngga akan bisa renang. Panik karena semua itu terjadi begitu saja. Yang alhamdulillahnya, tangan saya entah bagaimana bisa mengapai daun pintu itu. Dengan sekuat tenaga, saya mendorong tubuh saya yang seolah pelan-pelan mengental dalam ruangan ini agar bisa bergerak keluar. Yang ada di kepala saya cuma saya harus keluar dari ruangan ini. Di luar ada udara. Dan, saya ngga mau mati tenggelam.
Lalu, ketika mendadak saya sanggup mengeluarkan diri saya dari ruangan itu, seketika itu juga saya bangun dari mimpi saya. Bener-bener bangun dengan keadaan mata langsung melek lebar banget. Jantung berdegup kencang dan nafas saya memburu. Saya ngedipin mata berkali-kali, lihat sekeliling dan langsung lompat bangun dari tempat tidur saya. Mulut saya ngga henti-hentinya bilang campuran antara astafirullah dan entah apa saya lupa. Kayaknya waktu itu mata dan badan saya uda bangun tapi otak saya masih mode tidur.
Serius deh, ngga lagi-lagi ngerasain kayak gitu. Campuran mimpi ditambah campuran sadar plus konsep mati tenggelam. Sumpah jangan lagi. Kapok saya.
Setelah agak tenang, saya ngelihat jam dan ternyata masih jam tiga pagi. Padahal terakhir kali pas sebelum tidur saya masih inget banget itu sekitar setengah tiga. ^#%$^%@&*@( SETENGAH JAM GA ADA dan saya mimpi macem begitu. Ngerasain tindehen untuk pertama kalinya juga. Rrrr...
Kemudian, pas akhirnya otak juga uda bangun. Saya langsung bertapa bertanya pada mbah Google tentang tindehen ini apa.
Voila, bahkan ternyata ada penjelasan ilmiahnya dan alasan kenapa seseorang bisa tindehen yang istilah ilmiahnya adalah sleep paralysis.
Sleep paralysis is a temporary inability to move or speak that happens when you're waking up or, less commonly, falling asleep.
source : http://www.nhs.uk/conditions/sleep-paralysis/Pages/Introduction.aspx
Dan beberapa penyebab seseorang bisa mengalami sleep paralysis adalah KURANG TIDUR dan JADWAL TIDUR YANG NGGA TERATUR.
Oke, fix. Saya langsung angguk-angguk kepala nyalahin diri sendiri. Emang sih, beberapa hari terakhir ini jadwal tidur sudah awuran banget. Kadang tidur cuma empat jam. Kadang tidur bentar, kebangun lama banget dan tidur sekejap. Yang paling parah hari ini, saya ketiduran abis pulang kerja jam limaan dan bangun jam tujuh malem kurang. Kemudian sampe setengah tigaan tadi ngga tidur. Eh, gitunya bisa tidur, cuma setengah jam doang dan langsung ngalamin sleep paralysis. Duh, suwun loh, ya.
Mulai besok, belajar ngatur jam tidur lagi, menuhin target tidur delapan jam. :'(
Ngga lagi-lagi mau ngalamin sleep paralysis, apalagi yang bawa-bawa perasaan bakal mati tenggelem. Ngga deh, ngga mau.
Dan sekarang sudah jam empat kurang dan saya masih belum tidur padahal jam delapan pagi nanti musti ke kantor. Sabtu-sabtu ngantor?
Well, Have you ever heard that call center agent has no weekend? Then, I told ya now. That's damn true. So true.
Ah sudahlah, malah ngomel dan curhat.
Selamat pagi,
Ree
P.S. Jadi bagian saya tindehennya dimana? Itu bukannya mimpi buruk aja ya? Well, jadi pas saya mimpi itu saya sadar kalau saya itu cuma mimpi. Tapi di saat yang bersamaan ketakutan dan perasaan gak bisa gerak itu nyata banget. Saat saya gapai-gapai pintu, ada masanya saya sadar saya lagi di kamar dan yang saya gapai-gapai itu guling. Ketika itu juga, saya sama sekali gak bisa gerak, meskipun saya usaha buat gerak dan bernafas dengan baik.
Waktu kalian masih kecil, pernah ngga sih kalian punya impian yang kayaknya bakal ngga mungkin atau bakal susah banget buat diwujudin?
Jadi presiden, mungkin?
Atau jadi astronot, parkir di bulan?
Atau mungkin pengen keliling dunia?
Well, percaya atau ngga percaya, saya saranin jangan pernah nyerah atau pesimis sama impian kalian, APAPUN ITU. Jadi presiden, jadi astronot, keliling dunia, apapun itu. Jangan pernah menganggap remeh semua impian itu. Bahkan semakin kalian percaya sama impian kalian itu, entah bagaimana jalannya, Tuhan akan mendekatkan kalian pada impian kalian itu.
Seriously, awalnya saya mah juga skeptis. Tapi ketika satu demi satu Tuhan kasih liat ke saya gimana kuatnya magic kepercayaan itu, saya ngga pernah ngeremehin mimpi apapun yang saya atau orang lain miliki--asal ngga ngerugiin orang lain, ya.
Dulu banget--ngga inget umur berapa--saya pernah punya mimpi buat keliling dunia. Dulu sih bilang dengan lantangnya pengen keliling dunia, baru setelah itu keliling Indonesia. Padahal boro-boro keliling dunia, keliling Jawa Timur aja ngga pernah. Tapi ya namanya anak kecil, ya masa bodoh aja. Yang penting punya kepengenan. Punya mimpi.
Tapi jujur aja, gitu udah gede, saya ngga gitu berharap mimpi yang itu bisa jadi nyata. Saya percaya sama mimpi saya, tapi saya juga realistis. Bingung juga, kan? Soalnya saya sadar siapa saya. Cuma anak tukang bakso keliling. Jangankan keliling dunia, mungkin ekonomi keluarga saya aja ngga akan cukup kalau saya minta buat kuliah ntar. Tapi seperti yang kalian tahu, rencana Tuhan itu luar biasa.
Pada kenyataannya, bertahun-tahun kemudian. Tuhan bikin saya selalu geleng-geleng kepala ngeliat pencapaian yang saya dapet sejauh ini. Mungkin ngga bisa dibilang wah banget. Tapi bagi saya, itu sudah melebihi limit yang mungkin bisa saya capai. Saya jelas kasih apresiasi dan tersenyum bangga, nyanjung diri sendiri di depan cermin. Well, kadang muji diri sendiri juga perlu, loh. Buat kesehatan jiwa kalian. Soalnya itu tanda kalau kalian ngehargain apa yang uda kalian lakuin. Kalau kalian respect sama usaha kalian sejauh ini. Tapi porsi muji diri sendirinya jangan sampai berlebih, nanti malah jadi keliatan narsis.
Oke. Balik soal mimpi, ya. Jadi sebenarnya apa yang terjadi sampe saya bilang saya uda bisa ngelampauin batas limit kemampuan saya dan keluarga saya?
Jreng jreeengg.. Taraaaaa!! *sambil senyumin diri sendiri di cermin*
Tahun lalu saya bisa tinggal setahun di Jerman. Bisa jalan-jalan di kota-kota menakjubkan di tanah Jerman. Bisa ke Belanda, Italia, Austria, dan Ceko selama di sana.
Dan saya pun sekarang seorang mahasiswa semester akhir di salah satu Universitas terbaik di Indonesia.
Well, jawabannya cuma satu. Soalnya saya percaya sama mimpi saya dan ngga pernah ngeraguin dia.
So, kalau kalian percaya. Kalau kalian yakin, Insya Allah, Tuhan pasti kasih jalan. Kalau pun bukan mimpi yang itu yang kewujud, Tuhan bakal nyiapin buat ngabulin mimpi kalian yang lain. Jangan putus asa. Jangan gampang nyerah. Kekuatan kepercayaan itu luar biasa loh, sungguh!
Jangan pernah takut buat jadi sang pemimpi. Jangan pernah dengerin orang yang ngetawain dan ngeremehin mimpi kalian. Justru kalau ada yang mandang remeh mimpi kalian, itu bisa jadi bom semangat buat kalian. Sebab, mungkin saja orang-orang yang ngetawain mimpi kalian itu bakal jadi salah satu orang yang nyalamin kalian dan ngucapin selamat ketika mimpi kalian jadi nyata.
Jangan pernah malu buat nyebut diri kalian sang pemimpi. Tapi juga jangan lupa, sang pemimpi juga punya aturan ya. Kalian pasti tahu batas-batasnya.
If dreams come true, so do nightmares.
Jadi tetap hati-hati, jaga diri dan jadilah sang pemimpi yang paham etika dan estetika kehidupan. :)
April 15, 2016 9:12 PM
Ternyata sulit sekali menjadi konsisten. Ini hari ketiga, dan aku sudah seperti iya tidak iya tidak dalam menulis. Jari-jari tanganku rasanya malas untuk menari di atas keyboard dan otakku malas untuk berpikir. Tapi aku tahu bahwa aku tidak boleh menyerah begitu saja. Aku sudah memutuskan untuk ikut tantangan ini dan aku harus belajar untuk konsisten pada apa yang sudah kuambil.
Oleh karena itu, aku di sini sekarang. Duduk menulis dengan dia di sampingku menonton program tv aneh yang aku tidak tahu apa, seperti kontes menyanyi tapi yang dimiripkan dengan penyanyi legendaris di masa-masa kemarin yang lama. Aku tidak tahu bagaimana mendeskripsikannya, tapi dia menikmati program tv yang sedang ditontonnya.
Nah, sekarang mari masuk pada tema yang terpilih di hari ketiga ini ; tiga hewan kesayanganku. Sekarang aku tidak punya hewan–eh stop. Mari berhenti di sini. Sepertinya aku salah menerjemahkannya. Astaga! Aku tidak tahu apa aku harus menertawakan diriku sendiri atau justru bangga karena aku menyadari kesalahanku sebelum menulis terlalu jauh.
Jadi aku akan mengulanginya sekali lagi dan berpikir ulang tentang tiga hal yang paling mengganggu atau mengusikku. Aku sebenarnya ingin langsung menulis si-tiga-teratas, tapi aku tiba.tiba tidak tahu harus masuk dalam konteks yang seperti apa. Isi kepalaku kadang menarik-narikku untuk berpikir lebih rumit dari yang seharusnya. Tapi ya sudahlah, aku tidak ingin mempermasalahkan itu sekarang dan langsung melompat ke si nomer satu ;
1.Menunggu
Ini menyebalkan. Sangat mengganggu dan membuat mood berantakan. Aku merasa ketika aku menunggu, aku menyia-siakan waktuku yang berharga. Padahal di sisi lain aku tahu bahwa aku banyak juga menggunakan waktuku untuk hal-hal yang tidak penting, tapi menunggu menjadi raja dari segala raja hal tidak penting dan menyebalkan yang bisa membuatku uring-uringan sepanjang sisa hari.
2. Bunyi-Bunyi Mengganggu Yang Disengaja Di Tempat Umum
Pernah tidak kalian misalnya sedang di dalam kereta, tiba-tiba ada suara duk-duk-duk-duk. Ternyata itu bunyi dari kaki seseorang yang dengan iseng menendang-nendang entah kaki kursi atau apa terserah. Di dalam fase ini, aku bisa sangat jengkel dan bisa menelan bulat-bulat orang yang melakukan itu dengan tatapanku. Biasanya aku akan membiarkan mataku yang pertama menegur, jika tidak bisa baru kugunakan tenaga dan mulutku. Selain di kereta atau di transportasi umum lainnya, paling sering kutemukan ini juga di halte bus atau di tempat-tempat keramaian lainnya.
3. Berlari
Kenapa kita harus berlari jika dengan berjalan dan menikmati kanan kiri, kita tetap bisa sampai pada tujuan, mungkin tidak secepat jika berlari, tapi ada banyak hal yang terlewatkan ketika kita berlari? Aku tidak suka berlari. Ini sudah kusadari sejak aku di tingkat sekolah menengah pertama. Aku bisa sangat jengkel ketika ada pelajaran olahraga dan aku harus berlari untuk bisa mendapat nilai bagus di mata pelajaran ini. Biasanya aku tidak akan repot-repot berlari sungguhan. Aku hanya akan berpura-pura berlari dan kelelahan, untuk menghindari nilai jelek. Biasanya jika aku nampak berusaha, aku bisa dapat sedikit nilai tambahan. Namun jika tidak, aku sebenarnya juga tidak masalah dan tidak terlalu memusingkan masalah ini. Ngomong-ngomong poin ketiga ini kudapatkan dari dia, jadi aku bertanya padanya dari sisi dia yang sudah mengenalku dengan sangat baik. aku langsung tertawa ketika dia memberiku jawaban berlari. Dia bilang aku akan langsung marah-marah dan mengomel tanpa titik dan koma. Biasanya memang aku banyak berlari gara-gara dia, jadi aku tahu benar tentang hal ini. Mengerikan, tentang bagaimana dia tahu diriku dengan terlalu baik.
Ah ya sudahlah. Hari ketiga berakhir di sini. Sampai jumpa besok.
Love,
Sekarang pukul 23.20 dan aku baru ingat kalau baru saja kemarin aku memutuskan untuk memberi makan jiwaku dengan menulis The 30-Day Writing Challenge. Ini baru hari kedua dan aku sudah hampir kalah atau tepatnya lupa. Mengenaskan sekali. Sedikit malu, aku mulai menuliskan apa yang seharusnya hari ini aku tuliskan ; tentang sesuatu yang dikatakan oleh seseorang tentang diriku yang tidak pernah aku lupakan.
Nah, biarkan aku berpikir sebentar. Aku ini orangnya pelupa, lihat saja bagaimana aku hanya punya tiga puluh menit untuk menulis tulisan hari keduaku. Jadi aku harus berpikir baik-baik tentang bagian ini. Tapi baru saja sejenak berpikir, aku ingat tentang sesuatu dan itu membuatku tersenyum. Ah, tentu saja, siapa lagi.
Dia mengatakan ini hampir setiap kali kami bertemu dan menghabiskan waktu, “Kamu cantik dan cobalah untuk menyadari itu.”. Dia tidak pernah bosan mengatakan itu kepadaku, sama seperti aku tidak bosan mengatakan padanya betapa gendut dan tidak cantiknya aku. Aku banyak mengeluh tentang betapa besar lenganku, tentang seberapa banyak lemak bersarang di perut, kaki, pipi atau bisa dikatakan di semua bagian tubuhku.
Aku banyak mengeluh tentang fisikku. Mengatakan padanya bahwa aku tidak percaya diri, bahwa aku terlihat terlalu jelek untuk memakai baju ini atau itu. Dia seringkali memegang kedua pipiku–nyaris menekannya–dan bilang aku cantik dan berhenti berpikir terlalu banyak.
Seringkali kutanyakan padanya kenapa dia berbohong begitu, kenapa dia mengatakan bahwa aku cantik sementara aku tahu bahwa aku tidak cantik. Tapi dia malah menatapku serius dan berkata bahwa dia tidak berbohong serta aku yang terlalu keras kepala. Dia bilang bahwa aku terlalu memandang rendah diriku sendiri. Sering-seringlah melihat cermin dan tersenyum, di sana kamu akan melihat seorang wanita cantik sedang tersenyum padamu. Lihat pada kedua iris mata cokelatmu dan kamu akan tahu bahwa aku tidak berbohong ; kamu cantik.
Tapi kenapa aku tidak merasa bahwa aku cantik?
Dia bilang itu karena aku terjebak pada masa laluku. Dia tahu tentang bagaimana berat aku mencoba untuk keluar dari hubunganku yang dulu. Hubungan yang mati-matian menghancurkan kepercayaan diriku pada diriku sendiri. Dulu, ketika masih awal kami saling mengenal, dia bilang aku terlalu pemalu dan takut untuk mengatakan apa yang kuinginkan. Dia bercerita tentang betapa sulitnya dia berusaha untuk membuatku membuka mulutku dan bercerita padanya. Dia membutuhkan waktu yang tidak sebentar dan kesabaran yang bertumpuk untuk menghadapiku di masa itu.
Dia tidak ingin tahu apa yang terjadi di masa laluku. Dia sudah tahu cukup banyak dari mulutku, tapi dia tidak ingin tahu lebih banyak. Dia tidak ingin mendengar betapa rapuh dan berantakan aku ketika itu. Dan dari semua di masa lalu, tersisalah apa yang dia katakan sisa-sisa akar kotor dari masa itu di diriku; tentang kepercayaan diriku.
“Aku tidak tahu apa yang membuatmu tidak melihat betapa cantiknya dirimu, tapi aku akan membuatmu tahu dengan mengatakan ini setiap hari padamu. Kamu cantik, mein Schatz.”
Apa ya?
Itulah yang muncul di kepalaku ketika aku membaca tantangan untuk hari pertama menulis. Apa yang bisa membuatku bahagia? 10 hal apa yang bisa membuatku bahagia? Aku berpikir cukup lama dan menerka-nerka. Sungguh rasanya aneh sekali. Ini harusnya mudah karena aku bertanya tentang aku, tentang diriku, tentang apa yang membuatku bahagia. Tentang aku dan bukan orang lain. Tapi kenapa rasanya ternyata susah sekali.
Kemudian pelan-pelan kupaksa diriku untuk diam dan berpikir tenang. Pertama seperti apa bahagia dalam versiku? Definisi bahagia dalam diriku itu seperti apa? Apa dengan tertawa, apa dengan tersenyum, apa dengan berteriak-teriak kegirangan?
Ah gila, kenapa hari pertama saja sudah sesusah ini??
Tapi kemudian aku sadar bahwa mungkin aku berpikir terlalu rumit. Mungkin itulah namanya Spaghetti Minds. Aku tertawa sambil akhirnya menyortir isi kepalaku agar menjadi lebih sederhana dan bisa kubaca.
Lalu munculnya ini, list tentang 10 hal yang bisa membuatku bahagia. Aku tidak mengurutkannya berdasarkan prioritas kebahagiaan. Lagipula siapa yang mau repot mengukur takaran kebahagiaan? Aku tidak. Jadi inilah si sepuluh yang kuambil;
1. Buah Mangga
Jangan tertawa dan langsung tanya kenapa. Baca saja dulu dan dengarkan bagaimana kemudian hatimu menanggapi. Aku tidak tahu pasti bagaimana si mangga ini bisa muncul pertama di kepalaku, tapi eh–kalau memang begitu kenyataannya mau bagaimana lagi. Aku suka buah mangga. Apalagi yang rasanya manis. Rasa manisnya membuatku ingat kalau mungkin saja bahagia kalau dikecap rasanya juga seperti ini. Kenapa tidak gula saja atau coklat? Karena aku tidak suka. Aku punya stok coklat Milka di lemari dan satu gelas besar Nutella di lemari yang lain. Keduanya masih banyak dan masih setengah penuh. Aku makan kalau benar-benar tidak ada yang bisa dijadikan camilan. Tahu kenapa? Rasanya tidak enak, banyak manis yang berlebihan dan menurutku jadi tidak bisa benar-benar dinikmati. Tapi kalau mangga, seringkali manisnya sangat pas. Kalau sedang sial, bisa dapat mangga yang kelihatan ranum tapi giliran dimakan ternyata kecut banget. Semacam nano-nano kehidupan. Tapi manisnya mangga bikin bahagia. Seperti itu saja. Sesederhana itu saja.
2. Kipas Angin / AC / Ventilator
Pernah tinggal di Surabaya tidak? Pernah ngerasain musim panas di negara yang tipe rumahnya no AC no kipas-kipas tidak? Kalau belum, boleh bersyukur boleh tidak. Aku pernah tinggal di Surabaya. Selama aku di ruangan tertutup, wajib rasanya ada AC atau kipas. Kalau kuliah, selalu pengen sujud syukur kalau dapat kelas di ruangan ber-AC, kalau tidak ada AC, langsung nyari dimana kipas anginnya dan duduk di area yang mendapatkan jatah angin sepoi-sepoi terenak. Kalau tidak ada dua-duanya, bakal alamat kipas-kipas pakai kertas tebal sepanjang kelas. Melelahkan iya, dan pasti ada bonus ngomel-ngomel dan ilmu di kelas cuma buffering aja di kepala karena si kepala lagi overheat. Lalu sekarang tinggal di negara empat musim, dan waktu musim panas, panasnya tidak main-main. Belum lagi budaya di sini yang tidak kenal AC. Memang ada kalau kamu masuk perusahaan atau kantor-kantor tertentu, tapi kalau rumah tinggal, wassalam aja. Ada kipas angin itu sudah surga sekali dan tentunya jarang. Jadinya benda-benda ini masuk kategori hal yang bikin aku bahagia.
3. Sepi
Kalau sepi aku banyak bahagianya. Dulu suka sekali nonton konser SID, dan rame-rame banyak orang dan bising. Tapi selebihnya, kalau sepi merasa jauh lebih tenang. Rasanya hidup jadi nyaman dan bisa berpikir fokus. Polusi udara mengerikan, polusi suara apalagi. Pusing jatuhnya kalau terlalu ramai. Makanya kalau sepi aku bahagia.
4. Suara Burung Di Alam Bebas
Aku di sini suka mendaki. Alam di sini cantik banget. Kalau hijau, bisa hijau banget, kalau putih, ya putih banget lalu dingin. Di sini kamu tidak boleh sembarang berburu satwa, apalagi main tembak dar dor dar dor. Ujungnya bisa nyasar di penjara dan bayar denda segunung. Oleh sebab itu banyak satwa di sini hidup bahagia dan bebas. Di kota saja, banyak area hijau dan taman-taman super besar. Kamu bisa duduk, memejamkan mata dan dengarkan, akan banyak suara burung bersiul dan bercicit. Mereka terbang bebas dan berbahagia. Kalau mendengar itu entah kenapa sejuk rasanya. Hati dan jiwa jadi segar. Seperti me-refresh kehidupan. Suara burung-burung di alam ini menjadi seperti terapi jiwa gratis.
5. Rujak Cingur
Astaga, ini aku pasti bahagia level XXXX kalau bisa makan ini sekarang. Ngomong-ngomong kalian tahu tidak sih apa itu rujak cingur? Coba googling deh, pasti kalian langsung tahu. Jadi si makanan khas kota Surabaya ini memang tidak pernah membuat aku patah hati. (ps. kecuali kalau beli rujak cingur di luar Surabaya) Bahagianya kalau di sini ada yang jualan rujak cingur. Sayangnya bertahun-tahun di sini, baru dengar ada yang jualan rujak cingur baru minggu kemarin, dan itu pun adanya di Amsterdam. Aku langsung mengelus dada meminta hati bersabar dan mengingat situasi pandemi.
6. Dipeluk Mas Pacar
Dia itu zona nyamanku. Ketika capek, sedih dan depresi, dipeluk dia dan dipuk-puk itu rasanya sudah membuat level negatifnya turun beberapa persen. Ada bagian dalam pelukannya yang bisa membuatku merasakan ketulusan dan kehangatan. Kemudian muncul perasaan bahwa aku tidak sendirian menghadapi dunia yang kejam ini.
7. Ngobrol Dengan Orang Asing Di Internet
Jangan tertawa ya! Dan tolong jangan dikategorikan genit atau apa. Pahami dulu konteksnya baru daftar jadi juri kehidupan orang lain. Aku sering merasa kesepian. Tidak ada teman ngobrol. Pacar mungkin punya, tapi bukan berarti dia ada 24 jam untuk menjadi teman bicaraku. Dia punya bagian hidupnya sendiri. Aku juga punya bagian kehidupan yang menjadi milikku sendiri. Namun, karena kami punya jam kerja yang berbeda, waktu kosongku jadi banyak sendirian. Ada banyak teman, tapi di usia seperti aku sekarang, rasanya sudah tidak menyenangkan untuk haha hihi tidak jelas. Masih melakukannya juga, tapi intesitasnya berbeda. Lalu ketika di rumah, rasanya jadi kesepian. Belum lagi keinginan untuk bicara dalam bahasa Indonesia atau bahasa Jawa setelah lelah seharian hanya berbicara dan mendengar bahasa Jerman. Akhirnya satu-satu teman mencari solusi adalah dunia maya. Lalu yang menyenangkan adalah ngobrol dengan orang lain di discord sambil bermain Among Us, dulunya aku suka main Werewolf Voice Online, karena sekali lagi, ada obrolan dan suara berbalas, bukan hanya chat. Enak, bahagia versi sederhana.
8. Nonton Film Dokumentasi
Ada channel di Youtube namanya WDR DOKU. Sayangnya dalam bahasa Jerman, tapi bagusnya mereka punya banyak sekali dokumentasi keren yang ketika kamu nonton bikin kamu tahu kalau dunia tempat kita tinggal ini bukan dunianya si Barbie dan Ken. Banyak yang bisa dipelajari, banyak yang bisa diambil, dan satu lagi, dari situ jadi banyak bersyukur. Bahagia dan versi bersyukur terhadap apa yang sudah aku miliki dan capai sejauh ini.
9. Check Out Belanjaan Di Shopee Dan JD.ID
Tahu tidak kalau aku mengetik bagian kesembilan ini sambil tertawa bisu. Tawa ala meringis yang bakal kamu sadari sedang mengejek. Ini aku bukan mengejek kalian. Tapi mengejek jiwa borosku. Entah bagaimana bagian yang ini pasti kalian tidak perlu kudeskripsikan bagaimana prosesnya, tapi yang jelas bahagia saja. Hal nomer sembilan ini seperti bagian dari sihir hitam.
10. Rumah Bersih
Aku bukan orang yang freak kebersihan. Standar kebersihanku sih yang jelas buat aku sendiri nyaman dulu. Tapi selesai bersih-bersih dan beberes rumah, rasanya bisa lega dan senang. Berdiri dengan dua tangan di pinggang dan merasa bangga. Ah, rumahku bersih.
View this post on InstagramEndlich, Frühling ist da! #frühling #spring #deutschland #germany
A post shared by The Lady of Mirkwood (@periranting) on
Eh, sudah? Tiba-tiba saja ternyata sudah poin kesepuluh dan selesai. Tantangan 30 hari menulisku dimulai di sini. Hari pertama ; selesai. Sampai jumpa di hari besok. Semoga berbahagia dan semesta melindungi.
Love,
THE LADY OF MIRKWOOD
Formulir Kontak
POPULAR POSTS
Categories
- 30-Day Writing Challenge 4
- AUPAIR 2
- Cerpen 25
- Impian 6
- Ini Curhat 11
- Jejak R & D 2
- Kisah di Austria 7
- Kisah di Jerman 7
- Kisah Tak Sempurna 8
- Kumpulan Twitt 19
- Malaikat Hujan 7
- Puisi 18
- Random Thoughts 23
- Reading Link 2
- Untaian Kata 32
- Untuk Senpai 52
- Untuk SID 7
- Visa Jerman 3
- WritingChallenge 4
Blog Archive
-
2023
(17)
-
Mei
(17)
- Prioritasmu
- Untukmu
- Salju di Bulan April
- Nadamu
- Ketika
- Jangan Jatuh Cinta Lagi
- Movin' On
- Aku
- Pembencimu
- Yang Diingatkan Oleh Rindu
- How to Have a Long and Happy Relationship?
- Cerita Tentang Anggarra
- I Ever Met A Man
- Dia Suka Perempuan Berambut Panjang
- Berdamai Dengan Masa Lalu
- Sleep Paralysis
- Sang Pemimpi
-
Mei
(17)
-
2013
(25)
- Desember (3)
- November (3)
- Oktober (2)
- September (1)
- Juli (1)
- Juni (2)
- Mei (1)
- April (7)
- Maret (5)