Ketika kau memilih seseorang yang mencintaimu untuk melangkah bersamamu.Artinya kau sudah mempercayainya bukan?Mempercayainya, dimana kau pun juga akan belajar mencintainya sebab dia telah begitu sabar dan tulus bersamamu.Lalu ketika ada orang lain datang, akankah kau tetap tegak di sampingnya?Tidak melangkah pergi?Dan bagaimana pula jika orang lain itu adalah orang yang dulu kau cintai.Akankah kau meninggalkan dia yang selalu mencintaimu, ada untukmu, untuk seseorang yang dulu selalu kau puja?Padahal dia yang dulu kau cintai itu melukaimu.Sementara berpikir, kau kemudian melihat dia yang dulu kau cintai sedang menangis dan luka.Akankah juga kau ulurkan tanganmu padanya hingga akhirnya terjebak lagi dalam perasaan masa lalumu dan pergi meninggalkan seseorang yang begitu mencintaimu.Bukan hanya dulu, tapi sekarang dan nanti.Kau meninggalkan dia?Hanya untuk dia yang lain, yang dulu kau cintai.Lalu ketika semua itu selesai, dimana konsistensimu pada hatimu?Sebab ketika kau memilih untuk meninggalkan dia yang mencintaimu untuk dia yang kau cintai, kau telah membuat luka.Luka yang dalam pada sebentuk hati yang telah demikian tulus menerima kau apa adanya.Tanpa protes.Tanpa pamrih.Dia yang mencintaimu.Dan ingatkah kau?Jika mungkin kau terkhianati lagi.Dan mencoba kembali, mungkin dia yang mencintaimu telah lelah.Telah hancur kepercayaan dirinya untuk kembali terlibat.Apabila semua terjadi dan benar.Maka jangan menyesal.Sebab kau yang memilih jalanmu.
Apakah karena sesuatu yang aku tidak tahu segalanya menjadi begini rumit. dalam banyak hal aku kadang tersesat dan tidak tahu bagaimana mengembalikan segalanya menjadi normal. Banyak ketidaktahuan itu yang membuat kita semakin jauh. Semakin jauh bukan hanya karena jarak
Senpai..
Hanya denganmu aku menyentuh kesetiaan yang benar-benar. Hanya denganmu aku mencoba berkenalan dengan kepasrahan dan rasa menerima yang tanpa amarah. Meredam semua egoku, menekan harga diri dan egoismeku. Hanya kau, senpai. Hanya denganmu.
Satu.
Apapun yang kau dengar, yang kau baca, yang mungkin kau rasakan. Tidak ada laki-laki lain selama aku bersamamu. Selalu dan satu-satunya. Hanya ada kau senpai.
Jika tentang garra, dan lainnya. Bacalah ini, agar kau tahu. Tahu segala yang tidak pernah kau coba untuk mengerti dariku. Tahu segala yang tidak pernah kau coba baca dariku.
Garra adalah mantan pacarku. Dia laki-laki paling baik dan paling bisa mengerti apa yang orang lain tidak bisa lihat dariku. Dia yang terbaik. Aku selalu berterima kasih padanya untuk semua kebaikan dan rasa mengalahnya yang tinggi kepadaku. Aku menyayanginya sebagai abangku. Aku menghormati dan menghargainya sebagai abangku. Aku melihatnya sebagai seorang abang. Dia seperti kakak laki-lakiku. Aku akan, tetap dan selalu menganggapnya seperti itu. Tidak akan berubah meski dia belum pernah bisa merelakanku. Apa pun yang terjadi, tak lebih dan tak akan pernah ada hubungan selain hubungan seperti abang dan adik diantara kami. Aku menerima dan menghargai semua perhatian dan pedulinya untukku. Sebab dia satu-satunya orang di samping keluargaku sendiri yang benar-benar perhatian dan peduli kepadaku. Dia seperti abang yang menjaga adiknya. Peduli saat aku sakit, saat aku patah hati, saat aku muak dengan kemunafikan makna "teman".
Dia yang peduli padaku dan dia abangku. Dan tentang laki-laki lain. Yang mungkin dekat denganku, yang sering keluar denganku, yang sering mengajakku nonton acara musik di cafe, yang mengajakku ngobrol berjam-jam. Mereka adalah teman-temanku. Mereka teman-teman yang baik. Pendengar yang baik. Dan jujur saja, lebih menyenangkan berteman dengan laki-laki daripada dengan perempuan. Sebab mereka tidak rumit dan sangat mengerti tempatnya sebagai teman. Kadang kami juga berbagi cerita tentang pasangan kami, tentangmu atau tentang pacar mereka. Dan sepertinya ini bukan sesuatu yang harus dipermasalahkan bukan? Sama sepertimu yang juga punya banyak teman perempuan. Aku juga begitu. Bercanda, tertawa, ngobrol dan secangkir kopi (teh untukku).
Lalu jika tentang mas, dia adalah kakak sepupu garra yang sudah lama tinggal di Jawa Timur sehingga bahasa Jawanya fasih sekali. Aku memanggilnya mas. Cuma mas tanpa embel-embel namanya. Mas orang paling bijaksana yang pernah kukenal. Umurnya hampir 27. Tahun depan mas menikah. Mas sudah seperti bapak yang mengayomi anak-anaknya bagi kami. Kami disini adalah aku, garra dan yayak. Mas juga sangat memahamiku. Mas sangat bijak. Petuahnya, omelannya. Kadang pedas tapi benar. Masnya baik. Aku suka bersama mas kalau mas sedang mood bercerita. Karena kisah hidupnya menakjubkan bagiku. Mas itu programer yang hobi keliling Indonesia. Banyak cerita masnya yang membuatku terinspirasi. Jadi ingin pergi kemana-mana. Jadi belajar menjadi orang yang lebih "legowo".
Senpai.. mereka adalah lelaki yang dekat denganku. Special bagiku dalam kehidupanku. Tapi tidak pernah sedikit pun berada dalam lingkup sepertimu bagiku. Perasaan cinta ini hanya pernah kurasakan denganmu. Sebab hanya denganmu aku pertama kali mengalah. Hanya kau, laki-laki yang pernah membuatku berulang kali menangis. Hanya denganmu aku merasa betapa buruknya cemburu itu. Sakit hati dan rasa tidak rela. Hanya kau. Dan banyak sekali temanku yang bilang kalau inilah cinta. Aku jatuh cinta. Pertama kali seperti ini. Dan itu denganmu. Sementara dengan garra atau mereka yang pernah denganku dulu sama sekali tidak seperti ini. Mereka yang mengalah, bukan aku. Mereka yang berkorban dan memperjuangkanku. Mereka yang selalu sms dan telvon duluan. Mereka yang selalu protes dan cemburu. Sementara aku. Jarang begitu. Tapi bersamamu berbeda. Sangat. Aku yang selalu berusaha tahu tentangmu. Aku yang merecoki harimu. Aku yang cemburu. Aku yang cinta. Dan kau? Entah.
Dalam kisah ini aku yang jatuh cinta. Oleh karena itu, aku yang merasa aneh. Merasakan semua yang tidak pernah mau kau rasakan. Yah, mungkin begini rasanya bertepuk sebelah tangan. Tidak dianggap, tidak dipedulikan, tidak dibaca. Dan jahatnya, senpai, kau cuma menghargaiku sebagai pacarmu ketika aku nyata di dekatmu. Tapi ketika kita jauh.. Ah sudahlah. Aku lelah mengingat-ingat tentang semua itu. Karena nantinya akan membawaku kembali pada pagi di bulan April itu. Hari uts bahasa inggrisku. Dan hari paling menyakitkan. Aku berharap aku tidak tahu saja. Sebab tahu tentang isi dan makna pesan dindingmu di fb dia adalah rasa sakit yang berbeda dari rasa sakit karena tidak pernah dipedulikan. Itu sangat berbeda. Dan efeknya. Hancur. Sudah, sudah. Maaf jika aku selalu mengoceh tentang ini. Aku cuma masih.. Ah tak tahu. Maaf saja.
Tapi, kenapa hanya aku yang selalu minta maaf?
Apa cuma aku yang selalu bersalah. Apa semua kesalahan itu diletakkan padaku karena kau melihatku sebagai pribadi yang egois, kekanak-kanakan, norak. Dan tak tahu apa lagi.
Senpai.. Kenapa tidak pernah tegas denganku? Seperti ketika kita putus. Jika aku tidak bertanya seperti ini, "senpai sebenarnya kita masih atau sudah putus?". Jika aku tidak pernah dengan jelas bertanya seperti itu. Apa kau tidak akan berusaha tegas denganku? Akan terus mengantungkanku dan menyiksa batinku dalam ketidakpedulianmu. Atau mungkin cukup bagimu menyelesaikan kata "kita" hanya dengan memasang dp foto-foto perempuan lain dan tulisan "maaf sedang tak ingin berpacaran, biarkan saya sendiri". Ataukah kalimat ini, "de.. Aq ga mau nyakitin de" lg. Udah dlu y de. Sorry i'm not okay." , bermakna ajakan putus darimu? Keterlaluan kalau memang benar seperti itu. Berarti memang benar senpai. Memang benar adanya jika aku berpikir aku tak bermakna bagimu.
Aku sampah. Dipakai, selesai, dibuang. Secara tidak baik-baik. Entahlah, entah. Aku sangat lelah diperlakukan seperti ini. Aku juga lelah pada perasaanku ini. Perasaan yang selalu saja berat padamu. Perasaan yang rela dan mau-maunya diperlakukan begini. Jika cinta pertama yang diajarkan padaku saja sudah begini menyakitkannya. Apa aku berhak berpikir aku mungkin perempuan yang patut dihargai lebih baik dari caramu menghargaiku. Detik ketika aku selesai berkata, "senpai jangan tinggalin aku ya", namun hanya diammu dan jawaban tak jelas yang kuterima. Aku tahu pada akhirnya kau akan meninggalkanku. Tapi tidak pernah kukira akan seperti ini caranya. Akan seperti ini bedanya kau memperlakukanku dan dia. Sudah. Sudahlah.
Sekarang aku hanya ingin tahu kalau itu semua karena aku mencintaimu. Itu saja. Cukup begitu saja.
Cukup bagiku untuk mencintaimu saja tanpa berharap besar bisa kau hargai lebih baik. Bisa kau mengerti lebih baik. Aku mencintaimu. Dan semoga tanpa harap apa-apa. Semoga. Cinta. Mencintaimu saja. Hanya mencintaimu saja. Begini saja.
07.53 PM
16 Juli 2012
Mungkin, sekarang memang waktuku mengalah. Mundur teratur dan konsisten. Aku harus bisa teguh. Sebab jika berlarut-larut, segalanya akan sangat menyakitkan. Aku akan mengalah, kali ini benar-benar kucoba melakukannya. Aku akan membebaskan segalanya. Aku tahu segalanya salahku. Bukan sesuatu yang tidak benar ketika kamu membuka diri untuk orang lain. Bukan sesuatu yang tidak benar ketika kamu dekat dan bermanis-manis dengan orang lain. Hanya mungkin aku saja yang bodoh. Bodoh dan egois. Ya sangat egois. Sebab, meski aku tahu aku tak pernah punya hak atas kehidupanmu, aku tetap saja merasa marah ketika perempuan lain membuatmu merasa nyaman. Aku selalu merasa ada yang salah. Aku cemburu. Sangat cemburu. Dan perasaan ini, menyakitkan. Ada saat dimana aku menangis karena itu. Dan aku benci melakukannya. Aku ingin bebas. Aku ingin bersikap biasa saja. Aku ingin bersikap sebagai temanmu. Teman yang bahagia jika kamu bahagia dengan perempuan yang kamu pilih. Aku ingin begitu meski rasanya sangat sulit.
Dan lagi, aku lelah. Aku lelah memendam perasaanku ini. Aku lelah dengan kadarnya yang terlalu besar. Aku lelah terus berharap padamu tanpa tahu kelak bagaimana. Aku lelah berharap agar kamu berbicara tentang segala alasan. Aku lelah menerka-nerka. Aku lelah berimajinasi tentang kita. Aku lelah sebab tidak pernah ada yang jelas diantara kita sejak dulu. Aku lelah menyabarkan diri menunggu keberanianmu bercerita.
Jadi, sepertinya aku memang harus belajar menata hatiku. Meski tak bisa kuhilangkan, aku akan mengatur perasaan cinta ini. Aku akan mengekangnya. Meminimalisir segalanya. Agar yang kujalani bisa semakin mudah. Agar kehidupanmu tidak pernah terganggu lagi. Agar aku tidak terus merecoki segala aktifitasmu.
Aku akan mengambil jeda. Jeda panjang untuk menghibernasikan perasaanku. Jeda panjang agar aku tidak merasa takut dan cemburu. Jeda panjang agar aku bisa nyaman dengan hidupku sendiri. Jeda panjang agar aku tidak menangisi keadaan ini. Jeda panjang agar aku bisa merelakan perpisahaan kita dulu.
Jeda panjang. Ya, aku mungkin butuh itu. Agar kelak ketika waktu dan keadaan mengizinkan kita bertemu, aku bisa bersikap biasa. Aku bisa tersenyum di depanmu. Aku bisa memandang mata tajammu. Sehingga tidak tercipta hening diantara kita. Sehingga, kita, baik-baik saja. Meski bukan sebagai kekasih.
Sudah bukan hal yang luar biasa lagi ketika kukatakan aku seorang pemimpi. Ya, aku adalah seorang pemimpi. Seorang pelukis masa depanku sendiri. Aku suka membuat rencana-rencana untuk setiap momen-momen indah yang mungkin akan ada di masa depanku nanti. Dan TARGET 23 adalah salah satunya. Bolehkah kubagi cerita TARGET 23 disini? Akan kukatakan satu cita-citaku, sebuah impian, sebuah cita-cita awal yang muncul ketika aku bahkan belum tahu apa itu cinta, cita-cita yang masih hidup dalam diriku meski aku sudah memutuskan untuk menundanya. Membatalkannya mungkin.
Cita-cita dan impian untuk menikah muda dan menjadi ibu muda. Aneh? Lucu? Maka tertawalah. Tidak apa-apa. Aku bahkan sering menertawai diriku sendiri dalam hal ini. Terdengaar konyol memang, tapi aku memang menginginkannya. Aku memang yang menjadikannya sebuah impian. Sebab aku ingin menikah di usia dua puluh tiga tahun, lalu memiliki anak di tahun selanjutnya. Itulah kenapa kunamakan impian (cita-cita) ini TARGET 23.
TARGET 23, aku tertawa senang. Menjadi istri. Ada pernikahan. Menyenangkan pasti. Aku akan menjadi wanita paling cantik di hari pernikahanku. Aku akan jadi orang pertama yang mengucapkan alhamdulillah ketika laki-lakiku selesai mengucapkan ijab qabul dalam satu tarikan nafasnya. Aku akan menjadi wanita paling bahagia di hari itu. Aku akan menyukuri detik demi detik melelahkan ketika aku harus menerima dan menyalami setiap orang yang memberi doa untuk kebahagiaan. Aku akan bersyukur. Sangat bersyukur. Aku akan bahagia, sangat bahagia.
Ya, aku ingin menikah muda. Menjadi seorang istri dan merasakan lahir lagi untuk kedua kalinya. Kenapa? Karena aku adalah wanita. Wanita lahir tiga kali selama hidupnya, sebagai anak, sebagai istri dan sebagai ibu. Aku sudah menjadi anak. Anak dari kedua orangtuaku selama ini. Dan membayangkan aku terlahir kembali sebagai istri adalah satu dari banyak hal yang bisa membuatku tersenyum-senyum sendiri membayangkan betapa hari-hariku nanti akan sangat menyenangkan.
Aku akan menjadi istri. Menjadi bagian dari kehidupan seorang laki-laki yang memilihku menjadi pendamping hidupnya. Aku akan menjadi istri. Menjadi seorang wanita yang memiliki tanggung jawab besar pada kebahagiaan laki-laki yang terlelap di sampingku. Aku akan menjadi istri. Menjadi tulang rusuk sesosok adam yang digariskan Tuhan untuk menjaga dan melindungiku. Dan aku, bismillah, akan menjadi istri yang baik. Aku akan berada di samping suamiku. Menyemangatinya, membahagiakannya, dan mendampinginya sepanjang hidupku. Aku akan bangun lebih awal untuk menyiapkan makan paginya. Menyiapkan keperluan kerjanya dan aku akan menyiapkan secangkir kopi panas dan koran pagi ketika dia membuka matanya. Aku akan suka ketika dia bangun, mencium bau kopi panas yang khas, dan dia akan mengingatku. Karena aroma kopi panas ini adalah sapaan selamat pagiku untuknya, suamiku.
Aku akan menjadi istri yang baik. Istri yang tetap bekerja tanpa melalaikan kewajibanku sebagai istri. Aku akan pulang ke rumah sebelum suamiku pulang. Memasak makan malam untuknya. Aku akan memeluknya, dan satu kecupan di pipi ketika dia datang. Aku akan menjadi istri yang baik. Yang membuat suamiku merasa bahwa rumah kamilah sumber kebahagiaannya. Aku akan menjadi istri yang baik, yang akan patuh dan menuruti apa maunya. Aku akan menjadi istri yang baik, yang mendengarkan keluhnya tentang pekerjaannya dan sisa harinya yang tak bersamaku. Aku akan menjadi istri yang baik, yang memijat lembut pundak dan punggungnya ketika lelah tak juga pergi dari raganya.
Aku akan memandangi wajahnya ketika dia lelap di sampingku. Menelusuri wajahnya dengan telunjukku. Menghapal bentuk wajah, tulang pipi dan tulang hidungnya. Aku akan menjadi istri yang baik. Aku akan menjadi istri yang membuat suamiku berpikir bahwa hanya denganku saja sudah cukup untuknya. Aku akan menjadi istri yang membuatnya merasa beruntung memilikiku. Aku akan menjadi istri yang ada di tawa dan airmatanya. Aku akan menjadi istri yang bisa membuatnya tenang dan nyaman. Semoga. Insya Allah.
Aku suka membayangkan bagaimana nantinya aku akan hidup bukan hanya sebagai aku. Melainkan juga sebagai bagian dari hari orang lain. Aku akan suka membayangkan bagaimana obrolan mesra secangkir kopi panas dan teh hijau hangat diantara kami nantinya. Aku akan suka membayangkan bagaimana repotnya aku mengurus rumah kami nantinya. Aku juga akan sangat suka membayangkan bagaimana aku nanti akan memenuhi halaman rumah kami dengan bunga-bunga cantik. Aku akan sangat suka melakukannya.
TARGET 23. Ah impian ini adalah salah satu impian awalku ketika umurku bahkan belum ada tujuh belas tahun. Impian yang dengan mengebu-gebu kurancang dengan senyum-senyum kecil di sela-selanya. TARGET 23 adalah impian yang paling membuatku bahagia ketika aku mengingatnya. Sebab selain menikah muda, ada harapan menjadi ibu muda disana. Aku suka anak-anak dalam artian, anak-anakku sendiri. Aku suka merencanakan bagaimana nantinya aku akan mendidik mereka dan membesarkan mereka. Bahkan aku sudah punya nama yang akan kugunakan sebagai nama anak perempuanku kelak. Nama yang kupikirkan dan kuputuskan sejak aku berada di semester awal kelas satu SMA. Nama yang cantik yang membuatku merasa puas telah merangkai dan mendapatkanya.
SHELLOMITHA A’ISYAH ARRAYFIA.
Cantik bukan? Dia akan menjadi salah satu malaikat kecilku kelak. Sumber kebahagiaan yang tak akan habis dimakan waktu. Aku akan menjadi ibu yang baik. Yang mendongengkan kisah-kisah di malam menjelang tidur mereka, anak-anakku. Aku akan menjadi ibu yang mengusap dan mengecup kening mereka sebagai ucapan selamat malam ketika mata mereka sudah terpejam dan mulai nyenyak. Aku akan menjadi ibu yang mendengarkan bagaimana mereka dengan bersemangatnya bercerita tentang hari pertama mereka di sekolah. Aku akan menjadi ibu yang memeluk erat tubuh kecil mereka ketika mereka menangis terisak-isak. Aku akan menjadi ibu, yang sosoknya dicari oleh mereka ketika masalah memenuhi pikiran mereka. Aku akan menjadi ibu yang berbagi dua puluh empat jam milikku bersama mereka.
Aku akan menjadi ibu. Ibu yang baik untuk mereka. Aku akan mendidik mereka dengan caraku yang akan membuat mereka memahami dunia dan kerumitan isinya. Aku akan memberikan mereka ajaran agama dan pendidikan yang terbaik agar masa depan mereka sebaik harapanku. Aku akan memberikan mereka semua jiwaku hanya supaya mereka tetap hidup dengan bahagia. Ya, aku kan memberikan semua milikku agar anak-anakku terus tersenyum. Aku akan menjadi ibu, ibu yang menangis haru ketika bibir kecil anak-anakku berucap, “Mama, aku menyayangimu.”.
TARGET 23, rasanya mau menangis saja kalau ingat bahwa aku telah memutuskan untuk tetap menjadikan TARGET 23 sebagai impian. Ya, impian saja. Sebab aku tidak akan menikah muda. Aku tidak akan menjadi ibu muda. Aku tidak akan menikah di usiaku yang keduapuluhtiga nanti. Tidak, aku sudah memutuskan membatalkan semuanya. Rasanya memang menyakitkan, ketika aku menyelesaikan impianku ini hanya di tabel harapan tanpa pernah bisa memindahkannya di tabel kenyataan. Tapi, mau bagaimana. Aku sudah memutuskannya.
Aku akan menikah. Aku akan menjadi ibu. Tapi tidak sesuai impianku. Tidak diusiaku yang keduapuluhtiga. Aku pun tidak tahu kenapa, sebab aku ingin mewujudkan dulu impianku yang lainnya. Aku akan menjadi egois untuk diriku sendiri. Aku akan mewujudkan impianku yang lain dan mengugurkan impian TARGET 23 ini. aku harus sukses dulu. Aku harus ke Jepang dulu. Aku harus membuat orangtuaku bahagia secara finansial dulu. Baru setelah itu aku bisa menikah. Baru setalah itu aku bisa menjadi ibu. Semoga tak akan lama. Semoga tak sejauh impian TARGET 23-ku. Semoga Tuhan memberiku kemudahan dan jalan selama aku berusaha menjadikannya nyata. Semoga aku tidak menangis ketika kelak aku meniup lilin ulang tahunku yang keduapuluhtiga. Semoga aku tidak menangis.
SahabatSahabat adalah mereka yang mengenggam tanganku erat-erat ketika teman yanglain sibuk dengan urusannya masing-masing.Sahabat adalah mereka yang tahu bahasa kediamanku ketika aku tidak mengatakan apapun.Bahasa diam yang kugunakan untuk berbicara dalam masalahku.Bukan karena aku tidak ingin berbagi, bukan.Bahasa diamku adalah bahasa yang dimengerti oleh mereka, sahabat.Dan kami saling mengobati.Aku diam, karena jika aku berbicara yang ada hanya air mata dan makian.Buruk perangaiku ketika moodku buruk.Tapi sahabat mengerti.Sebab mereka memahami dan tahu aku.Terima kasih sahabat.Sebab kalian bertahan ketika orang lain tak mau tahu dan tak mau mengert aku.Terima kasih sahabat.Untuk setiap elusan di pundak dan usapan lembut di kepala ketika aku menangis di depan kalian.Sebab sahabat, aku ini bukan orang yang kuat.Aku ini bukan orang yang akan bertahan sendirian ketika pundakku dipenuhi beban berat yang seringkali membuatku lemah dan menyerah.Terima kasih sahabat untuk keberadaan kalian yang memberiku senyum dan semangat untuk terus hidup dan tersenyum.Aku tahu, sahabat adalah tempatku menuangkan semua perasaanku.Berbagi tawa juga airmata.Cerita-cerita konyol, dan semua yang membuat kita terpingkal-pingkal hingga menangis sambil memegangi perut.Terima kasih sahabat..untuk keberadaan kalian dalam hidupku.
Mungkin, sekarang memang waktuku mengalah. Mundur teratur dan konsisten. Aku harus bisa teguh. Sebab jika berlarut-larut, segalanya akan sangat menyakitkan. Aku akan mengalah, kali ini benar-benar kucoba melakukannya. Aku akan membebaskan segalanya. Aku tahu segalanya salahku. Bukan sesuatu yang tidak benar ketika kamu membuka diri untuk orang lain. Bukan sesuatu yang tidak benar ketika kamu dekat dan bermanis-manis dengan orang lain. Hanya aku saja yang bodoh. Bodoh dan egois. Ya sangat egois. Sebab, meski aku tahu aku tak pernah punya hak atas kehidupanmu, aku tetap saja merasa marah ketika perempuan lain membuatmu merasa nyaman. Aku selalu merasa ada yang salah. Aku cemburu. Sangat cemburu. Dan perasaan ini, menyakitkan. Ada saat dimana aku menangis karena itu. Dan aku benci begini. Aku ingin bebas. Aku ingin bersikap biasa saja. Aku ingin bersikap sebagai temanmu. Teman yang bahagia jika kamu bahagia. Aku ingin begitu, senpai.
THE LADY OF MIRKWOOD
The dream catcher who belong to The Lord of Mirkwood. Don't hesitate to come for say a small "hello!"
Formulir Kontak
POPULAR POSTS
Categories
- 30-Day Writing Challenge 4
- AUPAIR 2
- Cerpen 25
- Impian 6
- Ini Curhat 11
- Jejak R & D 2
- Kisah di Austria 7
- Kisah di Jerman 7
- Kisah Tak Sempurna 8
- Kumpulan Twitt 19
- Malaikat Hujan 7
- Puisi 18
- Random Thoughts 23
- Reading Link 2
- Untaian Kata 32
- Untuk Senpai 52
- Untuk SID 7
- Visa Jerman 3
- WritingChallenge 4
Blog Archive
-
2023
(17)
-
Mei
(17)
- Prioritasmu
- Untukmu
- Salju di Bulan April
- Nadamu
- Ketika
- Jangan Jatuh Cinta Lagi
- Movin' On
- Aku
- Pembencimu
- Yang Diingatkan Oleh Rindu
- How to Have a Long and Happy Relationship?
- Cerita Tentang Anggarra
- I Ever Met A Man
- Dia Suka Perempuan Berambut Panjang
- Berdamai Dengan Masa Lalu
- Sleep Paralysis
- Sang Pemimpi
-
Mei
(17)
-
2013
(25)
- Desember (3)
- November (3)
- Oktober (2)
- September (1)
- Juli (1)
- Juni (2)
- Mei (1)
- April (7)
- Maret (5)