Saya kembali. Rasanya sudah lama sekali sejak terakhir kali saya menginjakkan saya di rumah saya yang satu ini. Semuanya terasa berdebu dan dipenuhi sarang laba-laba. Udaranya pengap dan ketika saya membuka jendela untuk membiarkan udara segar masuk, bunyi berdecit dari jendela kembali mengingatkan saya tentang berapa lama yang sudah saya habiskan tanpa pernah menyentuh tempat ini. Ah, saya merasa bersalah.
Sering kali, ketika saya berlarian–berjibaku dengan kehidupan saya yang akhir-akhir ini terasa menguras habis energi saya, seseorang mengur saya, lalu dia akan bertanya apa kabar rumah saya yang ini. Kenapa saya tak pernah terlihat lagi di sana dan tentang apakah atau kapan saya akan kembali bertandang. Kebanyakan saya mencoba tersenyum, menyembunyikan rasa bersalah tapi juga sulit menjawab dengan benar. Saya juga ingin berkunjung, sebenarnya. Tapi sulit sekali. Rasanya saya menghabiskan dua puluh empat jam saya untuk hal-hal lain dan itu masih kurang, lalu bagaimana bisa saya meluangkan waktu untuk rumah ini ketika saya selalu merasa waktu saya saja tidak cukup untuk hal wajib saya?
Saya rasanya mau menangis.
Saya rindu rumah ini.
Saya rindu untuk menghidupkan semua sosok-sosok yang selama ini berkeliaran dalam cerita-cerita di rumah ini. Saya merindukan mereka di kepala saya.
Ah, rumit.
Harus bagaimana?