AUPAIR YA? atau TIDAK?

Menjadi seorang aupair tentunya adalah sebuah keputusan yang besar. Ketika kamu mengambil keputusan itu, berarti kamu telah siap untuk masuk ke tahap lain di hidup kamu. Namun banyak juga dari para aupair yang merasa keputusan menjadi aupair adalah salah, justru ketika mereka sudah berada di negara lain tempat mereka menjalankan program aupair.

Coba pikirkan berapa banyak uang yang sudah mereka keluarkan dan berapa banyak waktu yang sudah mereka habiskan untuk bisa sampai di sana dan ternyata ujung-ujungnya mereka menyerah. Kalau sudah ada di negara lain, pilihan mundur jelas sudah sedikit terlambat, bukan? Nah sebelum semua itu terjadi, coba cek poin-poin yang aku akan sebutkan setelah ini untuk mengecek apakah kamu sudah benar-benar siap untuk menjadi aupair di negara lain (terutama Jerman atau Austria).

Poin 1 : ANAK-ANAK

Nah, karena aupair itu kerjaannya ngurusin anak-anak, tentunya ini menjadi pondasi utama dari pilihan menjadi seorang aupair. Pertanyaan semacam; apakah kamu suka anak-anak?; apakah kamu bisa menghabiskan berjam-jam waktumu per harinya bersama anak-anak?; apakah kamu cukup sabar menghadapi anak-anak?; dan masih banyak jenis apakah yang lainnya.

Tentunya, jika jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut kebanyakan kamu jawab dengan ngga atau ngga bisa, maka pilihan kamu menjadi aupair jelas harus dipertimbangkan, sebab akan sulit bagi kamu untuk bisa bertahan hidup dan ngga stress sebagai aupair nantinya. Misalnya sebagai aupair di Jerman,  kamu maksimalnya harus bekerja menjaga anak-anak selama 30 jam per minggu, sedangkan di Austria maksimal 20 jam per minggu. Kebayangkan betapa sengsaranya kamu jika kamu harus bekerja selama itu per minggunya dengan anak-anak sementara kamu ngga suka dengan anak-anak. Pun, jangan lupa jika watak dan kelakuan anak-anak di Jerman dan Austria tidak sama dengan watak dan kelakuan anak-anak Indonesia. Anak-anak di sini memang cenderung mandiri dank arena mereka merasa mandiri, mereka menjadi lebih keras kepala dan ngeyel pada apa yang menurut mereka benar (padahal mungkin salah dan berbahaya.

Namun, kalau kamu suka anak-anak dan merasa sanggup menghabiskan waktu bersama anak-anak, bermain, ngobrol, bercanda dengan anak-anak, maka pilihan kamu buat menjadi aupair bisa dikatakan tepat. Kalau sudah begitu, kita bisa lanjut ke cek poin selanjutnya.

Poin 2 : HOMESICK

Bagiku, ini poin yang agak bikin sedih. Homesick. Ah, ngeri. Kalau kamu termasuk orang yang gampang homesick ngga sih? Kalau iya, maka akan sulit bagi kamu untuk jadi aupair di Jerman maupun di Austria. Di sana nanti, kamu akan hidup bersama keluarga yang sebelumnya sama sekali ngga kamu kenal. Kamu akan hidup di lingkungan yang jauh beda dari lingkungan tinggal kamu sebelumnya. Belum lagi jarak dan perbedaan waktu dari Indonesia akan membuat komunikasi sedikit sulit (mungkin). Nah, kalau seperti ini bagaimana?

Kalau kamu gampang homesick dan tidak terbiasa hidup jauh dari orang-orang dekat dan lingkungan yang menjadi kebiasaan kamu, saranku sih cek dan ricek lagi seyakin-yakinnya buat beneran jadi aupair atau engga. Soalnya kalau kamu sudah aupair dan sudah tinggal di Eropa, dan kamu terus menerus homesick, akhirnya yang ada kamu ngga betah tinggal di sini.

Homesick selama minggu-minggu pertama di Jerman atau Austria jelas hal yang wajar. Kamu bisa mengatasinya dengan jalan-jalan di lingkungan sekitar kamu, nyari temen baru atau hang out di tempat-tempat nongkrong keren dan murah di Jerman atau Austria. Aku juga mengalami homesick di minggu-minggu pertama aku tinggal di Jerman, tapi untungnya aku bisa mengatasi homesick-ku itu dengan baik. Tapi, kalau sudah berbulan-bulan dan kamu tetap saja merasa homesick, setiap hari sedih atau bahkan nangis karena kangen rumah, kangen orangtua, kangen pacar atau kangen sahabat, maka menjadi aupair jelas bukan pilihan yang bijak. Dengan memutuskan menjadi aupair di Jerman atau Austria, bukankah harusnya kamu juga sudah siap menerima kenyataan bahwa kamu akan hidup jauh di benua Eropa sendirian. Jadi pulang dan menyerah aupair karena kamu homesick, jelas ngga lucu sama sekali. Kalau sudah seperti ini, kan serba sayang dengan uang dan waktu, belum lagi tenaga dan perjuangan kamu untuk jadi aupair selama ini.

Tetapi, kalau ternyata kamu termasuk orang yang sering homesick atau kamu orang yang bisa mengatasi perasaan homesick kamu, maka keputusanmu untuk menjadi aupair bisa dilanjut. Kita juga lanjut untuk poin selanjutnya untuk mengecek kesiapan kamu menjadi aupair di Jerman atau Austria.

Poin 2 : MANDIRI DAN FLEKSIBEL

Dengan tinggal di Jerman atau Austria sebagai seorang aupair, kamu akan dituntut untuk banyak melakukan hal secara mandiri. Banyak dokumen terkait ijin tinggal, membuka rekening bank di sana dan lainnya yang harus kamu urus sendirian. Kemandirian kamu dibutuhkan karena host family kamu jelas nggak bisa ngurusin semua masalah atau kebutuhan kamu. Namun, jika kamu merasa kamu bukan orang yang mandiri, tidak bisa melakukan banyak hal sendirian dengan kemampuan dan keberanian kamu sendiri, maka coret saja pilihan menjadi aupair di daftar tujuan kamu. Takutnya, nanti kamu yang kerepotan dan merasa tertekan hidup di Jerman atau Austria.

Selanjutnya, adalah fleksibel. Menjadi seorang aupair, berarti kamu juga harus fleksibel. Host family kamu mungkin memang sudah punya jadwal kapan kamu kerja dan kapan kamu free. Tapi sebagai seorang aupair yang tinggal seatap dengan mereka, host family jelas mengharapkan kamu bisa fleksibel dengan jadwal tersebut. Bukan berarti memperpanjang jumlah jam kerja kamu per minggunya, namun fleksibel dengan adanya kemungkinan pergantian jadwal mendadak. Hal ini mungkin saja jarang terjadi, tapi jika sekalinya terjadi, host family jelas mengharapkan kamu bisa mengerti. Misalnya saja, kamu harusnya free di sore hari, tapi tiba-tiba host family kamu ada kegiatan mendadak dan dia meminta kamu untuk bisa tukar jadwal. Kecuali di sini kamu sudah punya janji atau kegiatan lain yang sudah kamu rencanakan matang sejak jauh-jauh hari, kamu harusnya bisa fleksibel dengan pergantian jadwal tersebut.

Lalu bagaimana, kamu sudah merasa dirimu mandiri dan fleksibel? Jika ya, atau kamu bisa berusaha untuk menjadi mandiri dan fleksibel, maka langsung saja kita cek poin selanjutnya.

Poin 4 : ADAPTASI

Seperti apa rasanya hidup di Jerman atau Austria? Mungkin yang ada di benak kamu adalah hal-hal menyenangkan yang mungkin tidak akan kamu temui atau lakukan selama tinggal di Indonesia. Bisa lihat salju, jalan-jalan murah ke negeara-negara di Eropa lainnya, dan banyak lagi lainnya. Mungkin saja hal itu benar, namun jangan lupa dengan prinsip keseimbangan. Ada sukanya, berarti ada juga dukanya.

Baca juga tentang duka tinggal di Jerman dan Austria.

Hidup di Eropa tidak selalu enak dan melulu senang-senang. Apalagi buat kita yang selama ini tinggal di Indonesia dan terbiasa dengan segala hal yang ada di Indonesia. Bahasa berbeda, cuaca berbeda, orang-orang berbeda, semua hal serba berbeda. Kamu harus bisa melebur dalam semua perbedaan itu dan hidup di dalamnya. Adaptasi, salah satu kunci yang akan membuat kamu bisa bertahan hidup di sana selama masa kontrak aupair kamu. Adaptasi pertama tentunya dilakukan di lingkungan host family kamu. Jika kamu sukses di sini, adaptasi-adaptasi dalam hal lainnya pasti bisa menyusul.

Seperti kata pepatah, di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung. Kamu harus menghormati adat istiadat maupun budaya di tempat tinggalmu sekarang. Biarpun bertolak belakang dengan budaya ketimuran yang dianut dan berlaku di Indonesia, tapi kamu juga harus menghormati budaya orang Jerman atau orang Austria di tempat tinggal kamu nantinya. Lalu bagi kamu yang muslim, kamu juga harus bisa beradaptasi dengan kehidupan di sini, yang merupakan negara dengan mayoritas penganut non-muslim. Kembalilah pada prinsip agamamu agamamu, agamaku agamaku. Jangan terlalu tertekan dan jangan lupa bahagia.

Nah, bagaimana sekarang? Sudahkah kamu merasa siap menjadi aupair di Jerman atau di Austria? Atau justru kamu mulai berpikir untuk meninjau ulang keputusanmu menjadi aupair? Apapun yang menjadi keputusanmu, beranilah dan hadapi kehidupan dengan lebih bersemangat dan optimis.

  1. Ada poin tambahan nih

Poin Plus : PAKAI AGEN AUPAIR ATAU TIDAK??

Bagiku ini tergantung kamu, apakah kamu lebih merasa nyaman menggunakan agen aupair ataukah mencari dan melakukannya sendirian? Agen aupair bisa saja menjadi jaminan rasa amanmu untuk tinggal di jerman dan Austria karena mereka bisa membantu kamu jika terjadi sesuatu selama kamu menjadi aupair, misalnya kamu ngga sreg dengan host family-mu yang sekarang, agen aupair akan membantu kamu untuk mencari host family yang baru.

Namun, menurut pendapat pribadiku sih, pakai agen atau engga, sama saja. Dari banyak kasus aupair di sini yang aku tahu, aku dengar dan aku lihat, perbedaan menggunakan agen atau tidak hampir-hampir tidak ada. Aku sendiri selama dua kali aupair ini juga tidak menggunakan agen. Semuanya aku urus sendiri dan lakukan sendiri. Ini juga bisa melatih kemandirian kamu loh. Belum lagi bayar agen mahal, bisa sekitar enam juta sampai sepuluh juta, belum termasuk tiket pesawat kamu ke Jerman atau ke Austria. Tetapi, kembali lagi, kalau kamu merasa lebih aman dan lebih nyaman menjadi aupair melalui agen aupair, maka lakukanlah.

Pss. Kamu bisa nonton video di bawah ini untuk bisa tahu lebih jelas tentang apa yang baru saja kita bahas sebelumnya.


Seman

0 Comments

Menulislah dan jujurlah. Rangkaian kata itu lebih mujarab daripada sekuali ramuan sihir.