TARGET 23

Sudah bukan hal yang luar biasa lagi ketika kukatakan aku seorang pemimpi. Ya, aku adalah seorang pemimpi. Seorang pelukis masa depanku sendiri. Aku suka membuat rencana-rencana untuk setiap momen-momen indah yang mungkin akan ada di masa depanku nanti. Dan TARGET 23 adalah salah satunya. Bolehkah kubagi cerita TARGET 23 disini? Akan kukatakan satu cita-citaku, sebuah impian, sebuah cita-cita awal yang muncul ketika aku bahkan belum tahu apa itu cinta, cita-cita yang masih hidup dalam diriku meski aku sudah memutuskan untuk menundanya. Membatalkannya mungkin.

Cita-cita dan impian untuk menikah muda dan menjadi ibu muda. Aneh? Lucu? Maka tertawalah. Tidak apa-apa. Aku bahkan sering menertawai diriku sendiri dalam hal ini. Terdengaar konyol memang, tapi aku memang menginginkannya. Aku memang yang menjadikannya sebuah impian. Sebab aku ingin menikah di usia dua puluh tiga tahun, lalu memiliki anak di tahun selanjutnya. Itulah kenapa kunamakan impian (cita-cita) ini TARGET 23.

TARGET 23, aku tertawa senang. Menjadi istri. Ada pernikahan. Menyenangkan pasti. Aku akan menjadi wanita paling cantik di hari pernikahanku. Aku akan jadi orang pertama yang mengucapkan alhamdulillah ketika laki-lakiku selesai mengucapkan ijab qabul dalam satu tarikan nafasnya. Aku akan menjadi wanita paling bahagia di hari itu. Aku akan menyukuri detik demi detik melelahkan ketika aku harus menerima dan menyalami setiap orang yang memberi doa untuk kebahagiaan. Aku akan bersyukur. Sangat bersyukur. Aku akan bahagia, sangat bahagia.

Ya, aku ingin menikah muda. Menjadi seorang istri dan merasakan lahir lagi untuk kedua kalinya. Kenapa? Karena aku adalah wanita. Wanita lahir tiga kali selama hidupnya, sebagai anak, sebagai istri dan sebagai ibu. Aku sudah menjadi anak. Anak dari kedua orangtuaku selama ini. Dan membayangkan aku terlahir kembali sebagai istri adalah satu dari banyak hal yang bisa membuatku tersenyum-senyum sendiri membayangkan betapa hari-hariku nanti akan sangat menyenangkan.

Aku akan menjadi istri. Menjadi bagian dari kehidupan seorang laki-laki yang memilihku menjadi pendamping hidupnya. Aku akan menjadi istri. Menjadi seorang wanita yang memiliki tanggung jawab besar pada kebahagiaan laki-laki yang terlelap di sampingku. Aku akan menjadi istri. Menjadi tulang rusuk sesosok adam yang digariskan Tuhan untuk menjaga dan melindungiku. Dan aku, bismillah, akan menjadi istri yang baik. Aku akan berada di samping suamiku. Menyemangatinya, membahagiakannya, dan mendampinginya sepanjang hidupku. Aku akan bangun lebih awal untuk menyiapkan makan paginya. Menyiapkan keperluan kerjanya dan aku akan menyiapkan secangkir kopi panas dan koran pagi ketika dia membuka matanya. Aku akan suka ketika dia bangun, mencium bau kopi panas yang khas, dan dia akan mengingatku. Karena aroma kopi panas ini adalah sapaan selamat pagiku untuknya, suamiku.

Aku akan menjadi istri yang baik. Istri yang tetap bekerja tanpa melalaikan kewajibanku sebagai istri. Aku akan pulang ke rumah sebelum suamiku pulang. Memasak makan malam untuknya. Aku akan memeluknya, dan satu kecupan di pipi ketika dia datang. Aku akan menjadi istri yang baik. Yang membuat suamiku merasa bahwa rumah kamilah sumber kebahagiaannya. Aku akan menjadi istri yang baik, yang akan patuh dan menuruti apa maunya. Aku akan menjadi istri yang baik, yang mendengarkan keluhnya tentang pekerjaannya dan sisa harinya yang tak bersamaku. Aku akan menjadi istri yang baik, yang memijat lembut pundak dan punggungnya ketika lelah tak juga pergi dari raganya. 

Aku akan memandangi wajahnya ketika dia lelap di sampingku. Menelusuri wajahnya dengan telunjukku. Menghapal bentuk wajah, tulang pipi dan tulang hidungnya. Aku akan menjadi istri yang baik. Aku akan menjadi istri yang membuat suamiku berpikir bahwa hanya denganku saja sudah cukup untuknya. Aku akan menjadi istri yang membuatnya merasa beruntung memilikiku. Aku akan menjadi istri yang ada di tawa dan airmatanya. Aku akan menjadi istri yang bisa membuatnya tenang dan nyaman. Semoga. Insya Allah.

Aku suka membayangkan bagaimana nantinya aku akan hidup bukan hanya sebagai aku. Melainkan juga sebagai bagian dari hari orang lain. Aku akan suka membayangkan bagaimana obrolan mesra secangkir kopi panas dan teh hijau hangat diantara kami nantinya. Aku akan suka membayangkan bagaimana repotnya aku mengurus rumah kami nantinya. Aku juga akan sangat suka membayangkan bagaimana aku nanti akan memenuhi halaman rumah kami dengan bunga-bunga cantik. Aku akan sangat suka melakukannya.

TARGET 23. Ah impian ini adalah salah satu impian awalku ketika umurku bahkan belum ada tujuh belas tahun. Impian yang dengan mengebu-gebu kurancang dengan senyum-senyum kecil di sela-selanya. TARGET 23 adalah impian yang paling membuatku bahagia ketika aku mengingatnya. Sebab selain menikah muda, ada harapan menjadi ibu muda disana. Aku suka anak-anak dalam artian, anak-anakku sendiri. Aku suka merencanakan bagaimana nantinya aku akan mendidik mereka dan membesarkan mereka. Bahkan aku sudah punya nama yang akan kugunakan sebagai nama anak perempuanku kelak. Nama yang kupikirkan dan kuputuskan sejak aku berada di semester awal kelas satu SMA. Nama yang cantik yang membuatku merasa puas telah merangkai dan mendapatkanya.

SHELLOMITHA A’ISYAH ARRAYFIA.

 

Cantik bukan? Dia akan menjadi salah satu malaikat kecilku kelak. Sumber kebahagiaan yang tak akan habis dimakan waktu. Aku akan menjadi ibu yang baik. Yang mendongengkan kisah-kisah di malam menjelang tidur mereka, anak-anakku. Aku akan menjadi ibu yang mengusap dan mengecup kening mereka sebagai ucapan selamat malam ketika mata mereka sudah terpejam dan mulai nyenyak. Aku akan menjadi ibu yang mendengarkan bagaimana mereka dengan bersemangatnya bercerita tentang hari pertama mereka di sekolah. Aku akan menjadi ibu yang memeluk erat tubuh kecil mereka ketika mereka menangis terisak-isak. Aku akan menjadi ibu, yang sosoknya dicari oleh mereka ketika masalah memenuhi pikiran mereka. Aku akan menjadi ibu yang berbagi dua puluh empat jam milikku bersama mereka.

Aku akan menjadi ibu. Ibu yang baik untuk mereka. Aku akan mendidik mereka dengan caraku yang akan membuat mereka memahami dunia dan kerumitan isinya. Aku akan memberikan mereka ajaran agama dan pendidikan yang terbaik agar masa depan mereka sebaik harapanku. Aku akan memberikan mereka semua jiwaku hanya supaya mereka tetap hidup dengan bahagia. Ya, aku kan memberikan semua milikku agar anak-anakku terus tersenyum. Aku akan menjadi ibu, ibu yang menangis haru ketika bibir kecil anak-anakku berucap, “Mama, aku menyayangimu.”. 

TARGET 23, rasanya mau menangis saja kalau ingat bahwa aku telah memutuskan untuk tetap menjadikan TARGET 23 sebagai impian. Ya, impian saja. Sebab aku tidak akan menikah muda. Aku tidak akan menjadi ibu muda. Aku tidak akan menikah di usiaku yang keduapuluhtiga nanti. Tidak, aku sudah memutuskan membatalkan semuanya. Rasanya memang menyakitkan, ketika aku menyelesaikan impianku ini hanya di tabel harapan tanpa pernah bisa memindahkannya di tabel kenyataan. Tapi, mau bagaimana. Aku sudah memutuskannya.

Aku akan menikah. Aku akan menjadi ibu. Tapi tidak sesuai impianku. Tidak diusiaku yang keduapuluhtiga. Aku pun tidak tahu kenapa, sebab aku ingin mewujudkan dulu impianku yang lainnya. Aku akan menjadi egois untuk diriku sendiri. Aku akan mewujudkan impianku yang lain dan mengugurkan impian TARGET 23 ini. aku harus sukses dulu. Aku harus ke Jepang dulu. Aku harus membuat orangtuaku bahagia secara finansial dulu. Baru setelah itu aku bisa menikah. Baru setalah itu aku bisa menjadi ibu. Semoga tak akan lama. Semoga tak sejauh impian TARGET 23-ku. Semoga Tuhan memberiku kemudahan dan jalan selama aku berusaha menjadikannya nyata. Semoga aku tidak menangis ketika kelak aku meniup lilin ulang tahunku yang keduapuluhtiga. Semoga aku tidak menangis.

0 Comments

Menulislah dan jujurlah. Rangkaian kata itu lebih mujarab daripada sekuali ramuan sihir.