Karena Perempuan Itu Menyukai Kepastian

Perempuan adalah satu kaum yang paling rumit pemikirannya. Entah bagaimana kadang apa yang terucap di bibir perempuan itu sama sekali tidak sama dengan apa yang ada di hatinya. Apa yang diucapkan perempuan adalah hasil saringan-saringan dari logika dan perasaannya sehingga kadangkala apa yang ada tidak serupa dengan apa yang harusnya ada. Terlalu banyak pertimbangan-pertimbangan yang membuat perempuan seringikali menjadi orang yang tidak jujur.

Di samping itu, perempuan itu banyak maunya. Banyak pengharapannya. Banyak keinginan-keinginan yang diharapkannya diwujudkan oleh orang-orang tertentu, utamanya orang yang dikasihinya. Disini mungkin laki-laki yang dikasihinya. Banyak mau tapi tidak diutarakan langsung. Lewat kata-kata kias yang kadang malah sulit dipahami laki-laki. Lewat sindiran-sindiran guyon yang kerap tidak dipahami laki-laki. Ah, mau perempuan itu. Sulit memang.

Tapi lebih dari segalanya, perempuan itu menyukai kepastian. Kepastian dalam hubungan. Kejelasan. Perempuan suka ketika laki-lakinya mengakuinya sebagai kekasihnya di depan teman atau keluarganya. Itu akan sangat membahagiakan daripada sebentuk hadiah. Pengakuan, kepastian dalam hubungan, hal yang dipegang dan dinantikan seorang perempuan ketika dia dekat dengan satu laki-laki. Ketika seorang laki-laki yang dekat dengannya menggantungkan hubungan tersebut maka di perempuan akan melakukan atau mengatakan sesuatu agar si laki-laki menegaskan hubungan seperti apa yang sedang mereka jalani. Persahabatankah? Atau mungkin lebih dari itu?

Dan ketika seorang perempuan bertanya tentang sebuah kejelasan. Sebuah kepastian. Jawaban ya atau tidak adalah pilihan yang harus dikatakan, bukan pilihan jawaban ragu-ragu yang menegaskan ketidaktegasan seorang laki-laki.

“Menurutmu kita pacaran ngga sih?”

Atau

“Emm tapi kita ini pacarankan?”

Dari beberapa pertanyaan lain yang mungkin muncul selain dua pertanyaan itu, jawaban ya atau tidak adalah jawaban yang harusnya dikatakan laki-laki. “Ya, tentu saja. Kita pacaran.” Atau “Hah? Nggalah, kitakan teman.” Adalah dua jawaban yang lebih melegakan daripada jawaban seperti “hehehe, maunya apa?”

Please, laki-laki harusnya tahu saat yang tepat untuk bercanda atau untuk serius. Ketika keragu-raguan yang diutarakan seorang laki-laki sebagai jawaban, maka perempuan itu akan segera tahu. Setidaknya menyadari seberapa besar kadar keseriusan yang dimiliki laki-laki dalam hubungan mereka. Dan ketika tahu laki-lakinya tidak serius. Tidak memiliki keinginan untuk memberikan sebuah penjelasan akan kepastian. Perempuan itu pasti akan kecewa. Tapi seperti yang telah diutarakan sebelumnya, kekecewaan itu tidak akan dinyatakan secara serius. Kadang mungkin hanya diam, lalu pelan-pelan menyimpan kecewanya dalam hati dan lelah berbicara. Berbincang dalam bisu.

0 Comments

Menulislah dan jujurlah. Rangkaian kata itu lebih mujarab daripada sekuali ramuan sihir.