Kau, Maukah Jadi Bumiku??

Meski kerap bersinar begitu terik. Menyilaukan dan nyaris mematikan. Kau adalah matahari.

 

Matahari. Pusat tata surya dimana aku adalah salah satu planetnya. Maka dari itu kau adalah tempatku berporos.

 

Sebagai planetmu, aku berotasi pada satu orbit dalam rengkuhanmu. Namun kini kusadari satu.

 

Aku planetmu. Tapi bukan satu-satunya. Aku hanya salah satu. Salah satu dari sekian banyak yang lain yang mengorbit di dekatmu.

 

Aku planetmu. Tapi bukan satu-satunya. Aku hanya salah satu. Salah satu dari sekian banyak yang lain yang mengorbit di dekatmu.

 

Aku memujamu sebagai pusat duniaku. Aku memujimu sebagai pemegang kontrol akan kelangsunganku. Tapi aku ini egois.

 

Bukan salah satu tapi satu. Satu-satunya. Aku tidak ingin lagi jadi planetmu. Aku ingin berhenti berorbit di galaksimu. Aku ingin berhenti..

 

Jika kau tetap matahari aku tidak suka. Aku hanya ingin berubah jadi bulan dan kau beralih merupai bumi. Maka aku satu-satunya satelitmu.

 

Lagipula matahari itu angkuh. Sulit belajar membaca apa yang tidak dikatakan terus terang. Sementara jadi bumi bisa baik.

 

Ah aku tidak suka matahari. Bumi lebih peka dan menghargai perasaan bulan. Sementara matahari berfoya bersama banyak planet di dekapannya.

 

Jadi, maukah kau mengalah matahariku? Maukah mengalah dan berhenti jadi matahari?

 

Lalu setelahnya, kau bisa jadi bumi. Itu lebih baik. Sungguh.

0 Comments

Menulislah dan jujurlah. Rangkaian kata itu lebih mujarab daripada sekuali ramuan sihir.