Mungkin, sekarang memang waktuku mengalah. Mundur teratur dan konsisten. Aku harus bisa teguh. Sebab jika berlarut-larut, segalanya akan sangat menyakitkan. Aku akan mengalah, kali ini benar-benar kucoba melakukannya. Aku akan membebaskan segalanya. Aku tahu segalanya salahku. Bukan sesuatu yang tidak benar ketika kamu membuka diri untuk orang lain. Bukan sesuatu yang tidak benar ketika kamu dekat dan bermanis-manis dengan orang lain. Hanya mungkin aku saja yang bodoh. Bodoh dan egois. Ya sangat egois. Sebab, meski aku tahu aku tak pernah punya hak atas kehidupanmu, aku tetap saja merasa marah ketika perempuan lain membuatmu merasa nyaman. Aku selalu merasa ada yang salah. Aku cemburu. Sangat cemburu. Dan perasaan ini, menyakitkan. Ada saat dimana aku menangis karena itu. Dan aku benci melakukannya. Aku ingin bebas. Aku ingin bersikap biasa saja. Aku ingin bersikap sebagai temanmu. Teman yang bahagia jika kamu bahagia dengan perempuan yang kamu pilih. Aku ingin begitu meski rasanya sangat sulit.
Dan lagi, aku lelah. Aku lelah memendam perasaanku ini. Aku lelah dengan kadarnya yang terlalu besar. Aku lelah terus berharap padamu tanpa tahu kelak bagaimana. Aku lelah berharap agar kamu berbicara tentang segala alasan. Aku lelah menerka-nerka. Aku lelah berimajinasi tentang kita. Aku lelah sebab tidak pernah ada yang jelas diantara kita sejak dulu. Aku lelah menyabarkan diri menunggu keberanianmu bercerita.
Jadi, sepertinya aku memang harus belajar menata hatiku. Meski tak bisa kuhilangkan, aku akan mengatur perasaan cinta ini. Aku akan mengekangnya. Meminimalisir segalanya. Agar yang kujalani bisa semakin mudah. Agar kehidupanmu tidak pernah terganggu lagi. Agar aku tidak terus merecoki segala aktifitasmu.
Aku akan mengambil jeda. Jeda panjang untuk menghibernasikan perasaanku. Jeda panjang agar aku tidak merasa takut dan cemburu. Jeda panjang agar aku bisa nyaman dengan hidupku sendiri. Jeda panjang agar aku tidak menangisi keadaan ini. Jeda panjang agar aku bisa merelakan perpisahaan kita dulu.
Jeda panjang. Ya, aku mungkin butuh itu. Agar kelak ketika waktu dan keadaan mengizinkan kita bertemu, aku bisa bersikap biasa. Aku bisa tersenyum di depanmu. Aku bisa memandang mata tajammu. Sehingga tidak tercipta hening diantara kita. Sehingga, kita, baik-baik saja. Meski bukan sebagai kekasih.
0 Comments
Menulislah dan jujurlah. Rangkaian kata itu lebih mujarab daripada sekuali ramuan sihir.