Tepian Hati

Aku menepi pada detik ini, menghayati setiap kenangan yang terangkai murni pada kisah kita. Akankah bisa kuulangi semua itu? Kadangkala egoku begitu mengetuai semua labil rasaku. Tapi lebih sering lagi aku dikuasai sikap dimana aku benar-benar berharap bisa bersamamu lagi. Kekasihku, bisakah kupanggil kamu begitu? Sayangku, bolehkah kusapa kamu begitu? Entahlah, aku benar-benar tidak tahu. Aku tidak tahu. Aku hanya tidak bisa melupakanmu. Itu saja. Tidak bisa benar-benar menghapusmu dari semua kegiatan-kegiatanku yang menuntut begitu banyak waktuku. Tapi dari semua itu selalu saja ada detik detik berlebih yang kugunakan untuk merindukanmu. Inikah cinta? Inikah cintaku yang pertama?? Inikah semua keikhlasan cinta dimana aku akan merelakan kebahagiaanku untuk kebahagiaanmu. Apa pun yang akan kamu putuskan, apapun yang kamu tentukan. Aku akan menerima. Sekarang aku akan mencintaimu saja. Seperti apa responmu, itu adalah kehendakmu sendiri dan aku akan menjadi penurut. Ada lelahku sebenarnya, aku tidak ingin dipermainkan lagi. Perasaan ini sudah terlalu menguras emosiku dan aku tidak mau diminta bertindak lebih untuk suatu harapan tentang kita yang mungkin saja hanya sekedar fatamorgana. Harapan yang dengan sekeras usaha ku coba untuk kutekan jauh-jauh, jangan.. jangan terlalu berharap. Kamu mungkin tidak punya perasaan yang sama. Jadi biar saja begini biar usah aku menangis lagi. Setidaknya aku bisa tetap menjaga semua cinta dan hati ini setia sepenuhnya untukmu. Hanya untukmu, cinta pertamaku. Kamu. Satu hanya kamu.

0 Comments

Menulislah dan jujurlah. Rangkaian kata itu lebih mujarab daripada sekuali ramuan sihir.