Menepi Lagi

Kurangkah perasaan cinta ini untukmu? 
Kurangkah semua yang ku korbankan untukmu? 
Tidakkah kau merasa semuanya sudah demikian banyak kurelakan. 
Segalanya demikian tulus dan tanpa harapan yang pernah kau terangi. 
Tapi tetap saja kau seperti badai yang mencoba mematikan satu lilin kecil yang surut redam berusaha tetap hidup dan mengobarkan semangatnya. 
Kau memang tak sama rasa denganku. 
Tidak heran. 
Marahku pun juga tak pernah berguna. 
Mungkin benar ada baiknya kuperbaiki saja perasaan ini.
Kuralat saja semua yang ada untukmu karena kau pun tak pernah dengan benar menghargainya. 
Lelah. 
Jelas dan terus. 
Tanpa ada jeda semuanya selalu saja mengusik dan menekan-nekan sisi kesabaranku. 
Belum sampai batas memang. 
Namun rasanya tetap saja menyakitkan. 
Kau sungguh memuakkan. 
Aku kecewa. 
Tapi sama seperti yang sebelumnya. 
Kecewaku pun tidak pernah menjadi arti untukmu. 
Aku sedih. 
Sepertinya semua ini mengajakku untuk mengalah saja. 
Apa memang demikian sulitnya jalan yang harus ku lalui untuk dapat mendapatkan sedikit imbalan yang setimpal untuk perasaan ini,mungkin balasan yang indah darimu. 
Mungkin perasaan yang sama darimu. 
Ah sudahlah. 
Itu sama saja seperti bermimpi. 
Aku tidak mau kecewa lagi. 
Jadi ya sudahlah. 
Mau apapun percumakan?? 
Maka seperti biasanya, aku akan menepi dan kembali menjadi penonton saja. 
Sudah demikian kelelahan aku melangkah dalam arus tokoh dalam kisah ini

0 Comments

Menulislah dan jujurlah. Rangkaian kata itu lebih mujarab daripada sekuali ramuan sihir.