Terima kasih. Terima kasih banyak untuk semua yang pernah terjadi. Kamu tak akan pernah aku sesali. Aku tahu keindahan perasaan bersama yang sesungguhnya dari kamu. Menyenangkan, sungguh. Bersamamu adalah candu yang memaksaku membuat keputusan bahwa di tempat inilah aku akan tinggal nantinya. Harapku tentu denganmu. Tapi sepertinya tidak bisa. Ya, sudahlah. Aku tidak mungkin memaksakan kehendak. Dari sekian kisahku, kamu yang terindah. Biar ku ingat kamu seperti itu saja. Terima kasih. Terima kasih untuk kebahagian ini. Aku tidak akan pernah bisa melupakanmu. Dalam bentuk apa pun, kamu mempesonakan aku. Aku tergila-gila dan di luar batas. Tapi tak apalah. Karena beginilah cinta. Terima kasih, semua sifatmu pelan-pelan mengajarkanku kedewasaan yang dulunya jauh kubayangkan. Pilihan mengalah juga. Aku egois dan jarang mau mengalah. Tapi bersamamu, semuanya adalah perasaan pasrah. Menerima apa pun. Mengalah. Karena aku tak ingin kita bertengkar. Bersamamu, aku memahami apa artinya ketakutan. Ketakutan akan kehilanganmu. Menyedihkankah perasaan ini, perasaan yang terlalu besar? Tidak. Ini kebahagiaan. Bahkan ketika dengan sangat tidak ingin, aku terpaksa melepaskanmu. Aku tetap berharap kita bahagia. Atau lebih tepatnya KAMU bahagia. Cinta ini baik. Memang tidak seperti kisah dongeng yang selalu berakhir dengan bahagia. Disini ada luka. Ada perih dan air mata. Tapi untungnya tidak ada penyesalan. Jadi terima kasih, terima kasih telah pernah membuat aku merasa sangat bahagia. Aku mencintaimu. Selalu. Ketahuilah itu. :)
4 Maret 2012
11.39 AM
0 Comments
Menulislah dan jujurlah. Rangkaian kata itu lebih mujarab daripada sekuali ramuan sihir.